Sabtu, 05/07/2025 05:47 WIB

Studi Tunjukkan Mata Bisa Deteksi Risiko Demensia 12 Tahun Sebelum Diagnosis

Penemuan ini berasal dari studi jangka panjang terhadap 8.623 orang dewasa, yang menunjukkan bahwa keterlambatan dalam mendeteksi bentuk samar – seperti segitiga pucat di layar komputer – bisa menjadi indikator awal terjadinya gangguan kognitif.

Ilustrasi mata (Foto: Pexels/Andrea Bova)

Jakarta, Jurnas.com - Bukan hanya jendela jiwa, mata juga bisa menjadi jendela masa depan kesehatan otak Anda. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam cara mata merespons rangsangan visual dapat mengungkap risiko demensia, termasuk Alzheimer, hingga 12 tahun sebelum diagnosis resmi.

Penemuan ini berasal dari studi jangka panjang terhadap 8.623 orang dewasa, yang menunjukkan bahwa keterlambatan dalam mendeteksi bentuk samar – seperti segitiga pucat di layar komputer – bisa menjadi indikator awal terjadinya gangguan kognitif.

Retina, Cermin Otak yang Tak Terlihat

Retina, yang merupakan perpanjangan dari otak, bisa menunjukkan tanda-tanda awal penumpukan protein toksik penyebab Alzheimer. Dengan meneliti penipisan lapisan retina, pembuluh darah abnormal, dan deposit mikroskopis, para ilmuwan bisa mencocokkannya dengan perubahan di otak yang terjadi jauh sebelum gejala muncul.

Menariknya, kerusakan visual terjadi lebih dulu dibanding gangguan memori. Area otak pertama yang terdampak adalah korteks oksipital – pusat pemrosesan penglihatan – sebelum akhirnya menyebar ke hippocampus, pusat ingatan.

Deteksi Dini Melalui Mata: Lebih dari Sekadar Melihat

Tes sederhana seperti mendeteksi bentuk samar ternyata melibatkan sirkuit saraf cepat yang juga berperan dalam pembentukan memori. Jika sirkuit ini mulai melambat, hal-hal seperti melupakan nama atau janji bisa jadi hanya tinggal menunggu waktu.

Data dari studi Norfolk mengungkap bahwa tes visual ini tetap signifikan bahkan setelah mempertimbangkan hasil tes memori standar. Menggabungkan keduanya bisa meningkatkan akurasi diagnosis dan menghemat waktu serta biaya.

Gejala visual lainnya termasuk sulit mengenali wajah, salah satu tanda awal Alzheimer yang sering terabaikan. Pasien kerap melewatkan ekspresi wajah penting seperti mata dan mulut, menyebabkan kebingungan dalam interaksi sosial.

Masa Depan Pemantauan Otak Lewat Mata

Perkembangan teknologi membuka peluang baru. Tim dari California berhasil menciptakan aplikasi smartphone berbasis kamera inframerah depan yang mampu mengukur perubahan pupil. Data dikirim ke cloud untuk dianalisis, memungkinkan pemantauan otak secara berkala di luar klinik.

Selain itu, perangkat wearable dan headset VR kini mulai menyematkan pelacakan gerakan mata dalam milidetik – potensi baru untuk skrining massal.

Namun, para ahli menekankan pentingnya pedoman etis dan akurasi untuk menghindari alarm palsu dan menjaga privasi pengguna.

Menjaga Kesehatan Mata = Menjaga Kesehatan Otak

Gaya hidup tetap berperan besar. Studi selama 14 tahun pada hampir 2.000 lansia menemukan bahwa membaca minimal seminggu sekali dapat memangkas risiko penurunan kognitif hingga setengahnya.

Aktivitas seperti membaca, menonton dengan subtitle, atau merajut memaksa mata untuk aktif bergerak dan fokus ulang – melatih jaringan saraf otak.

Para optometris menyarankan pemeriksaan mata rutin setiap tahun setelah usia 60. Perubahan penglihatan seperti silau, perubahan warna, atau adaptasi cahaya yang lambat bisa menjadi petunjuk penting bagi dokter untuk melakukan evaluasi kognitif lanjutan.

Tak kalah penting, jaga kesehatan pembuluh darah. Mengontrol tekanan darah, diabetes, dan kolesterol membantu menjaga sirkulasi retina sekaligus otak.

Penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports ini membuka era baru dalam pencegahan demensia: cukup dari pandangan mata Anda. Dengan dukungan teknologi, kebiasaan sehat, dan pemeriksaan rutin, deteksi dini bukan lagi mimpi — melainkan peluang nyata untuk menjaga kualitas hidup lebih lama. (*)

Seumber: Earth

KEYWORD :

Deteksi dini demensia lewat mata hubungan mata dan demensia tes retina untuk demensia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :