
Ilustrasi Hari Asyura, 10 Muharram (Foto: Bicara Baik)
Jakarta, Jurnascom - Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, sekaligus bulan yang sangat sakral bagi umat Muslim dan agama Samawi lainnya. Tanggal 10 Muharram, atau yang dikenal sebagai Hari Asyura, menjadi momen penting yang sarat makna sejarah dan spiritual.
Dikutip dari berbagai sumber, hari Asyura memperingati sejumlah peristiwa bersejarah yang berpengaruh besar, seperti pembebasan Nabi Musa dan Bani Israel dari Firaun, serta tragedi memilukan di Karbala—tempat wafatnya Sayyidina Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa Karbala, yang terjadi pada 61 Hijriah, menjadi titik konfrontasi antara kebenaran dan kezaliman, dan dikenang dengan penuh duka oleh umat Islam, khususnya oleh komunitas Syiah di seluruh dunia. Berikut ini adalah ragam tradisi unik dan kaya makna dalam memperingati Asyura di berbagai negara, yang dirangkum dari berbagai sumber.
8 Kuliner Khas Muharram di Indonesia
Indonesia
Di Indonesia, peringatan Asyura penuh warna dan tradisi yang beragam. Di berbagai daerah, umat Muslim membuat bubur Asyura, yang kemudian dibagikan ke tetangga sebagai simbol solidaritas dan berbagi berkah. Di Bengkulu dan Sumatera Barat, tradisi Tabut masih lestari, berupa arak-arakan tabut berhiaskan daun pisang dan hiasan warna-warni yang diarak ke pantai dan dibuang ke laut sebagai pengingat tragedi Karbala.
Di Pulau Jawa, bulan Muharram disebut juga bulan Suro, dan sebagaian masyarakat di kota-kota besar di Indoneia seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Makasar mengenal tradisi dengan teriakan “hayya Husain” sebagai bentuk penghormatan. Ada juga tradisi maktam dan atau maqtal untuk mengenang dan menggambil inspirasi dari peristiwa Karbala. Selain itu, ada pula kepercayaan unik terkait larangan menikah di bulan ini, yang memperkuat kesakralan bulan Muharram dalam budaya lokal.
Turki
Hari Asyura di Turki dikenal sebagai Asure Gunu. Tradisi pembuatan dan pembagian bubur asyura dari gandum khusus, yang disebut bubur asure, menjadi puncak perayaan. Meski mayoritas Muslim Turki adalah Sunni, peringatan duka ini mendapat perhatian luas, bahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan kerap hadir dalam acara peringatan, menunjukkan nilai nasional dan spiritual hari Asyura.
Irak
Irak adalah pusat peringatan Asyura yang paling monumental. Mayoritas penduduknya Syiah, sehingga prosesi duka berlangsung selama 40 hari dari 10 Muharram hingga 10 Safar, dikenal sebagai Arbain. Puluhan juta peziarah dari seluruh dunia melakukan long march sejauh ratusan kilometer dari Kufah ke Karbala untuk mengenang syahidnya Imam Husain. Ritual membaca Maqtal, kisah tragis Karbala, dan upacara pemukulan dada (latmiyah) menjadi bagian integral dari peringatan ini.
Iran
Di Iran, Asyura adalah ritual yang tidak terpisahkan dari identitas budaya. Peringatan ini menampilkan teater ta’ziyah, drama religius yang menggambarkan peristiwa Karbala tanpa dialog, hanya dengan gerakan dan musik duka. Prosesi yang diiringi pukulan dada (sinahzan) dan penggunaan simbol seperti nakhl (pohon kurma) yang melambangkan usungan jenazah Imam Husain menjadi ciri khas perayaan. Pembacaan kisah karbala di Husainiyah dan ritual pembacaan ziarah atau maktam dan maqtal juga menjadi momen sakral yang menyentuh hati.
India dan Pakistan
Di anak benua India dan Pakistan, peringatan Asyura menggabungkan unsur keagamaan dan budaya unik. Baik Sunni, Syiah, bahkan umat Hindu ikut serta dalam prosesi, yang melibatkan pembuatan ta’ziyah—struktur artistik raksasa yang merepresentasikan mausoleum Imam Husain. Puncaknya, ta’ziyah ini dikuburkan atau dibenamkan di air sebagai simbol penghormatan. Di Pakistan, perayaan ini sudah berlangsung selama lebih dari 12 abad dan pernah menjadi inspirasi gerakan perlawanan terhadap kolonialisme Inggris.
Afrika Utara
Peringatan Asyura juga dikenal di negara-negara Afrika Utara seperti Tunisia. Di antaranya ialah dengan menghidupkan api di tempat-tempat tertentu dengan keyakinan bahwa hal itu akan membahagiakan anak-anak Imam Husein as di Karbala.
Berbagai tradisi peringatan Asyuro diyakini mengajarkan nilai universal tentang keberanian, keadilan, dan pengorbanan. Tragedi Karbala mengingatkan bahwa selama kezaliman masih ada, maka setiap hari adalah Asyura, dan setiap tempat adalah Karbala. Melalui berbagai tradisi di dunia, pesan perjuangan Syyidina atau Imam Husain tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi banyak kalangan untuk terus membela kebenaran dan kemanusiaan.
Jadi, hari Asyura di berbagai negara bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan sebuah ritual yang kaya makna, budaya, dan spiritualitas. Dari bubur Asyura di Turki dan Indonesia, prosesi duka di Irak dan Iran, hingga drama ta’ziyah di India dan Pakistan, setiap tradisi mencerminkan rasa cinta dan kesetiaan umat kepada nilai-nilai luhur yang diperjuangkan cucu Rasulullah SAW yang syahid dalam tragedi Karbala. Peringatan ini mengikat hati jutaan umat dari berbagai bangsa, menghidupkan semangat perjuangan kebenaran sepanjang masa. (*)
KEYWORD :Tradisi 10 Muharram Hari Asyura Bulan Muharram Amalan Muharram