Jum'at, 04/07/2025 18:28 WIB

Mengapa Umat Islam Mencium Hajar Aswad?

Di antara jutaan umat Islam yang berhaji dan umrah setiap tahun, mencium Hajar Aswad menjadi salah satu momen yang paling dinanti

Presiden Prabowo Subianto memegang hajar aswad ketika melaksanakan ibadah umrah (Foto: Kemenag)

Jakarta, Jurnas.com - Di antara jutaan umat Islam yang berhaji dan umrah setiap tahun, mencium Hajar Aswad menjadi salah satu momen yang paling dinanti. Batu hitam yang menempel di sudut Ka`bah ini menyimpan sejarah panjang dan makna spiritual yang mendalam.

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama dan Badan Pengelola Keuangan Haji, mencium Hajar Aswad, tidak sekadar ritual, melaikan merupakan bentuk ketaatan kepada Rasulullah ﷺ. Tindakan ini memiliki dasar yang kuat dalam hadits dan tradisi Nabi.

Dalam riwayat sahih, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata di hadapan Hajar Aswad:

"Sungguh aku tahu engkau hanyalah batu, tidak bisa memberi manfaat atau mudarat. Jika aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, aku pun tidak akan melakukannya." (HR. Bukhari)

Hadits ini menjadi penegasan bahwa Hajar Aswad bukan benda yang disembah atau dipercaya membawa kekuatan ghaib. Ia dicium semata-mata karena Rasulullah ﷺ pernah melakukannya, sebagai sunah yang memiliki nilai ibadah.

Maka dari itu, mencium Hajar Aswad menjadi bentuk kecintaan dan ittiba’ atau meneladani Nabi. Di balik sentuhan atau ciuman itu ada kesadaran spiritual bahwa kita sedang meniru jejak manusia paling mulia.

Menurut sejumlah hadits lainnya, Hajar Aswad berasal dari surga. Ibn Abbas meriwayatkan bahwa batu ini awalnya berwarna putih dan bersinar, namun kemudian berubah menjadi hitam akibat dosa-dosa manusia.

Makna simbolis ini sangat kuat, karena mengingatkan bahwa dosa dapat mengubah kesucian. Hajar Aswad menjadi saksi sejarah dan pengingat bagi setiap jiwa yang berusaha kembali kepada fitrah.

Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ mengkiaskan Hajar Aswad sebagai “tangan Allah” di bumi. Beliau bersabda:

"Barang siapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), maka seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih." (HR. Ibnu Majah)

Tentu ini bukan dalam arti fisik, melainkan simbol hubungan spiritual antara hamba dengan Tuhannya. Saat seorang Muslim menyentuh atau mengusap Hajar Aswad, ia memperbaharui ikrar dan komitmen keimanannya.

Karena itu pula, ada hadits yang menyebut bahwa Hajar Aswad akan menjadi saksi pada Hari Kiamat. Ia akan bersaksi atas siapa saja yang menyentuhnya dengan penuh keikhlasan dan iman.

Rasulullah ﷺ bersabda bahwa batu ini akan memiliki mata dan lisan, lalu memberikan kesaksian di hadapan Allah. Hal ini menjadikan interaksi dengan Hajar Aswad bukan sekadar fisik, tetapi ruhani dan eskatologis.

Dalam riwayat lain disebutkan, Hajar Aswad memiliki cahaya yang sangat terang yang disembunyikan oleh Allah. Jika tidak, cahayanya akan membutakan manusia dan membuat mereka berlebihan dalam pengagungan.

Oleh karena itu, Islam mengatur adab dan batasan dalam berinteraksi dengan Hajar Aswad. Ia memang mulia, namun tetaplah ciptaan Allah, bukan sesuatu yang disembah.

Dalam praktik ibadah, Hajar Aswad menjadi titik awal tawaf mengelilingi Ka`bah. Setiap jemaah memulai dan mengakhiri putaran mereka di titik ini, menjadikannya pusat pergerakan dalam ibadah haji dan umrah.

Namun di balik keistimewaannya, Islam mengajarkan kehati-hatian dan akhlak dalam mendekatinya. Tidak semua jemaah bisa menyentuh atau menciumnya secara langsung, dan itu bukan sebuah kekurangan.

Jika suasana padat, cukup memberi isyarat tangan ke arah Hajar Aswad, seperti yang juga dicontohkan Nabi dalam kondisi tertentu. Keselamatan dan kenyamanan sesama jemaah menjadi prioritas dalam ibadah.

Rasulullah ﷺ tidak pernah memaksakan umatnya untuk mencium Hajar Aswad jika tidak memungkinkan. Maka berdesak-desakan, mendorong, atau menyakiti orang lain untuk mencapainya adalah tindakan yang bertentangan dengan semangat syariat.

Apalagi saat ini, pengelolaan area sekitar Ka`bah telah diatur dengan sistem antrian dan petugas resmi. Mengikuti arahan mereka adalah bagian dari ketaatan terhadap aturan dan menjaga ketertiban.

Penting juga untuk memahami bahwa mencium Hajar Aswad adalah sunah, bukan kewajiban. Maka, ibadah tidak menjadi sah atau batal hanya karena tidak menyentuhnya.

Justru, keikhlasan dan ketepatan mengikuti syariat adalah yang menjadi tolak ukur diterimanya ibadah. Islam adalah agama yang menyeimbangkan antara niat, adab, dan amalan.

Dalam kitab Al-Hajj Fadhoil wa Ahkam, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menegaskan bahwa mencium Hajar Aswad memiliki nilai ibadah karena mengikuti sunnah, bukan karena batu itu membawa manfaat sendiri. Nilainya terletak pada ketaatan, bukan pada zat bendanya.

Al-Qur’an juga mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim dan Ismail meletakkan dasar Ka`bah, tempat di mana Hajar Aswad sekarang berada:

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan Kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah: 127)

Ayat ini memperkuat posisi Hajar Aswad sebagai bagian dari bangunan paling mulia di muka bumi. Ia menjadi saksi sejarah pembangunan rumah Allah oleh para Nabi.

Dari berbagai riwayat pula diketahui bahwa Hajar Aswad akan memberikan syafaat pada hari kiamat. Meski sebagian ulama meninjau sanadnya, makna umum yang dikandung tetap menyentuh: setiap interaksi tulus dalam ibadah tidak akan sia-sia.

Pada akhirnya, Hajar Aswad bukan sekadar batu yang dicium, melainkan simbol pertaubatan, ketundukan, dan cinta kepada Rasulullah ﷺ. Ia mengingatkan bahwa kesucian bisa ternoda, namun juga bisa dibersihkan dengan ibadah dan keikhlasan.

Maka, memahami hadits dan aturan seputar Hajar Aswad bukan hanya soal menunaikan ibadah. Ini juga tentang menjaga makna spiritual dalam setiap gerakan di hadapan Ka`bah.

Dengan meneladani sikap Nabi, menjaga adab, dan menempatkan ibadah pada tempatnya, mencium atau menyapa Hajar Aswad bisa menjadi momen suci yang menguatkan iman. Bukan karena batunya, tetapi karena niat yang mengalir darinya. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Hajar Aswad Ibadah Umrah Ibadah Haji Mencium hajar aswad Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :