Jum'at, 04/07/2025 04:58 WIB

Lestari Moerdijat: Dorong Langkah Antisipatif dalam Menyikapi Dampak Konflik Global

Lestari Moerdijat: Dorong Langkah Antisipatif dalam Menyikapi Dampak Konflik Global

Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Dorong upaya antisipatif dalam menyikapi dampak konflik global terhadap perekonomian nasional.

"Langkah antisipatif harus mampu dipersiapkan dengan baik dalam upaya mewujudkan perlindungan bagi setiap warga negara dari dampak ekonomi akibat konflik global yang terjadi," kata Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat dalam sambutan tertulisnya saat membuka diskusi daring bertema Dampak Ekonomi Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Israel dan Iran 2025 yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/7).

 

Dalam kondisi ini, Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, kebijakan fiskal dan jaminan pemenuhan kebutuhan energi setiap negara mesti diperkuat.

Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu mendorong sejumlah langkah untuk penguatan sektor ekonomi itu didasari atas dasar semangat negara untuk melindungi setiap anak bangsa.

Rerie berharap, para pemangku kepentingan, para pakar, dan masyarakat dapat berkolaborasi dengan baik untuk melahirkan sejumlah solusi dalam mengatasi dampak ekonomi akibat konflik global yang terjadi.

Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto berpendapat, DPR saat ini sedang menyusun asumsi makro yang salah satu dasar perhitungannya adalah sektor energi.

Menurut Sugeng, kita perlu memitigasi kondisi saat ini dengan cermat, mengingat Indonesia saat ini murni pengimpor minyak.

Bila harga minyak dunia melampaui harga minyak yang ditetapkan di APBN, Sugeng menilai, dampaknya akan ke mana-mana.

Menurut Sugeng, patokan harga minyak mentah Indonesia di APBN saat ini ditetapkan US$82 per barel. Dampak konflik Israel-Iran menyebabkan harga minyak mencapai US$78 per barel.

"Bersyukur harga minyak dunia saat ini belum melampaui harga patokan di APBN kita," ujarnya.

Menurut Sugeng, berbagai upaya efisiensi dan pemanfaatan energi baru terbarukan harus segera dilakukan untuk meredam dampak gejolak harga BBM akibat konflik global.

 

Analis Kebijakan Ahli Madya, Kemenko Perekonomian RI, Thasya Pauline berpendapat, dalam lima tahun terakhir, pasca pandemi, dampak global mempengaruhi ekonomi nasional.

Tensi geopolitik saat ini dan negosiasi dagang Amerika Serikat, jelas Thasya, mengancam perekonomian global.

Menurut Thasya, dampak konflik Israel-Iran jauh lebih kecil daripada dampak yang dipicu konflik Rusia-Ukrania.

Mengingat, tambah dia, Rusia dan Ukrania menyumbang 2,54% nilai ekspor dunia per tahun. Sementara Iran dan Israel hanya menyumbang 0,03% ekspor dunia.

Meski begitu, tegas Thasya, kita harus tetap mewaspadai perkembangan konflik Israel-Iran dan melakukan mitigasi yang tepat untuk mengantisipasi dampaknya.

Menurut Thasya, pemanfaatan energi bersih dengan meningkatkan energi baru terbarukan dalam bauran energi yang dimanfaatkan masyarakat, harus segera direalisasikan.

President S. ASEAN International Advocacy & Consultancy, Shanti R. Shamdasani berpendapat, sejumlah kebijakan politik dan ekonomi yang diambil Donald Trump itu merupakan pesan yang dikirim untuk China.

Namun, tambah Shanti, sejumlah kebijakan itu berdampak pada negara lain di dunia sehingga menimbulkan collateral damage.

Menurut Shanti, Amerika Serikat saat ini memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat besar.

Bila terjadi gejolak perdagangan global, tambah Shanti, Amerika Serikat bisa mengambil alih perdagangan minyak dunia dengan cadangan yang mereka miliki.

Bila terjadi penutupan Selat Hormuz, jelas dia, yang terkena dampak besar adalah China, karena Negeri Tirai Bambu itu tidak memiliki cadangan minyak yang cukup.

Untuk mengantisipasi konflik yang berkepanjangan, Shanti menyarankan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan basis ekonomi nasional yang lebih baik.

"Kita harus mampu me-manage semua potensi yang kita miliki untuk memperkuat kemandirian demi mengantisipasi dampak terburuk," ujar Shanti.

Wartawan senior Saur Hutabarat mengaku senang mendengar pemerintah sudah mempersiapkan langkah antisipasi bila perang Israel-Iran berlangsung lama.

Ternyata, tambah Saur, perang tersebut berlangsung 12 hari, bersyukur berlangsung dalam jangka waktu pendek.

"Begitu pendek waktu perang itu sehingga bisa dinilai levelnya sedikit di atas perang-perangan," ujarnya.

Saur mengungkapkan, perang itu berhenti, setelah Trump menelpon pemimpin Israel dan Iran. Artinya, tegas dia, perang panjang atau pendek itu tergantung pikiran Trump panjang atau pendek.

KEYWORD :

Kinerja MPR Lestari Moerdijat Denpasar 12 Konflik Global




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :