Ilustrasi - minuman beralkohol (Foto: Bisnis)
Jakarta, Jurnas.com - Bagi sebagian orang, segelas minuman beralkohol mungkin terasa seperti teman yang menenangkan di penghujung hari.
Namun, ketika satu gelas menjadi dua, tiga dan terus berlanjut tanpa kendali, saat itulah bahaya mulai mengintai dalam diam.
Kecanduan alkohol, atau dalam istilah medis disebut Alcohol Use Disorder (AUD), sering kali bermula dari kebiasaan kecil yang dianggap wajar. Dalam berbagai pertemuan sosial, minuman ini hadir sebagai pelengkap suasana, bahkan simbol perayaan.
6 Minuman yang Tepat untuk Bantu Jaga Pencernaan
Akan tetapi, siapa sangka bahwa di balik euforia sementara, tersembunyi potensi kehancuran perlahan.
Dampak kecanduan alkohol bukan hanya melemahkan organ tubuh seperti hati, jantung dan lambung. Yang kerap luput dari perhatian adalah luka-luka emosional yang ditinggalkan. Dalam dunia medis, kecanduan alkohol tidak dianggap sebagai kelemahan moral, melainkan sebagai kondisi yang kompleks, melibatkan faktor biologis, psikologis dan lingkungan.
Tidak jarang, pemicunya berasal dari tekanan hidup, kehilangan, hingga kesepian yang mendalam. Untungnya, jalan keluar selalu ada, meski tidak mudah. Terapi psikologis, dukungan keluarga, serta rehabilitasi menjadi harapan bagi banyak orang yang ingin pulih.
Lebih lanjut, langkah pertama dan terpenting tetap datang dari dalam diri, yaitu keberanian untuk mengakui bahwa bantuan itu dibutuhkan.
Kecanduan alkohol memang tidak memilih usia, profesi, atau status sosial, harapan selalu bisa ditemukan di ruang terapi, pelukan keluarga atau bahkan dalam satu keputusan kecil untuk berkata.
“Saya ingin berhenti.”
KEYWORD :Alkohol Minuman Alcohol Use Disorder Kecanduan
