
Ilustrasi persiapan mendaki gunung (Foto: Jawa Pos)
Jakarta, Jurnas.com - Mendaki gunung bukan sekadar aktivitas fisik, tapi juga soal kesiapan tubuh dalam menghadapi medan ekstrem. Menurut dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, ada sejumlah hal penting yang perlu disiapkan jauh sebelum pendakian dimulai.
Ia menegaskan bahwa kesiapan fisik dan pola makan seimbang menjadi fondasi utama dalam kegiatan wisata ekstrem seperti mendaki gunung. Tanpa keduanya, risiko cedera hingga gangguan metabolik bisa meningkat drastis saat berada di ketinggian.
Karena itu, indikator kebugaran tubuh seperti tekanan darah, denyut jantung, dan kemampuan pemulihan harus diperhatikan secara serius. Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah tubuh mampu beradaptasi dengan tekanan lingkungan di gunung.
Lebih lanjut, ia menyarankan calon pendaki, terutama yang belum berpengalaman, untuk menjalani medical check-up secara menyeluruh. Tujuannya adalah mengetahui batas kemampuan tubuh agar tidak memaksakan diri dalam kondisi yang bisa membahayakan.
Sebab saat berada di atas ketinggian, tubuh akan menghadapi perubahan tekanan udara, kadar oksigen rendah, dan suhu dingin yang memengaruhi metabolisme. Kondisi ini membutuhkan respons fisik yang tidak bisa dibentuk secara instan.
7 Tips Bonding dengan Anak Usia di Bawah 5 Tahun
Oleh karena itu, dr. Pande merekomendasikan latihan fisik yang dimulai sejak tiga bulan sebelum pendakian. Latihan ini bertujuan membentuk adaptasi kardiovaskular serta kekuatan otot yang mendukung performa tubuh di medan ekstrem.
Latihan fisik yang konsisten akan memperkuat sistem pernapasan dan sirkulasi darah. Dengan begitu, tubuh lebih siap menghadapi penurunan oksigen dan beban fisik di jalur pendakian.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya asupan gizi sebagai sumber energi utama selama persiapan maupun pendakian. Makanan dengan karbohidrat kompleks dan serat larut sangat dianjurkan karena mampu melepaskan energi secara bertahap.
Sebaliknya, makanan berfermentasi sebaiknya dihindari karena berisiko mengganggu pencernaan saat berada di medan dingin dan terbatas. Gangguan pencernaan bisa menurunkan performa dan memicu dehidrasi yang memperburuk kondisi tubuh.
Hal lain yang kerap diabaikan adalah hidrasi, padahal di suhu rendah tubuh tetap kehilangan cairan melalui penguapan. Karena itu, minum secara teratur sangat penting meskipun rasa haus tidak terlalu terasa.
Jika tubuh kekurangan cairan, risiko kram otot hingga kelelahan berat bisa muncul dan memperburuk keselamatan pendaki. Menjaga keseimbangan cairan merupakan bagian dari strategi bertahan di ketinggian.
Terkait suplemen, dr. Pande menilai tidak diperlukan selama tubuh dalam kondisi fit, terlatih, dan tercukupi secara nutrisi. Namun, untuk kondisi khusus, kebutuhan suplemen bisa berbeda dan perlu dikonsultasikan secara individual.
Sebagai dokter yang juga bertugas sebagai International Doping Control Officer, ia menekankan bahwa suplemen sebaiknya tidak digunakan sembarangan. Pemakaian yang tidak tepat justru bisa mengganggu fungsi organ selama mendaki.
Maka dari itu, dr. Pande mengajak para pendaki untuk lebih bijak mempersiapkan diri secara fisik dan nutrisi sebelum menaklukkan puncak. Karena tubuh yang siap bukan hanya menunjang keselamatan, tapi juga membuat pengalaman mendaki lebih optimal dan menyenangkan. (*)
Sumber: Antara
KEYWORD :Tips Mendaki Gunung Persiapan Mendaki Dokter Gizi UI