
Ilustrasi - ini alasan mengapa keturunan Nabi Muhammad SAW turun dari putrinya Fatimah az-Zahra (Foto: Pexels/Allan Feitor)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam sejarah Islam, diketahui bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW diteruskan melalui putrinya, Fatimah az-Zahra, yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
Hal ini menarik karena meskipun Ali adalah suami Fatimah, nasab atau garis keturunan Rasulullah justru dihubungkan melalui Fatimah.
Ini berbeda dengan kebiasaan umum masyarakat Arab dan banyak budaya lain yang biasanya mengikuti jalur keturunan dari pihak ayah.
Lantas, mengapa dalam hal ini garis keturunan Nabi Muhammad SAW diturunkan melalui Fatimah, bukan Ali?
1. Nabi Tidak Memiliki Keturunan Lelaki yang Bertahan
Nabi Muhammad SAW memang memiliki beberapa anak laki-laki, seperti Qasim, Abdullah, dan Ibrahim, namun semuanya wafat saat masih kecil. Karena tidak ada anak laki-laki yang hidup hingga dewasa, tidak ada garis keturunan biologis Nabi dari jalur pria yang berlanjut.
Dalam konteks ini, Fatimah menjadi satu-satunya anak Nabi yang hidup dan melahirkan keturunan yang bertahan hingga generasi berikutnya, yakni Hasan dan Husain, yang sangat dihormati oleh umat Islam, baik Sunni maupun Syiah.
2. Pengakuan Langsung dari Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW sendiri telah secara eksplisit menyebut Hasan dan Husain sebagai "putra-putranya" meskipun secara biologis mereka adalah cucunya. Dalam berbagai hadis sahih, Nabi bersabda:
"Hasan dan Husain adalah dua pemimpin pemuda surga."
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Bahkan dalam hadis lain, Nabi sering memangku Hasan dan Husain sambil berkata:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai mereka. Maka cintailah mereka."
(HR. Bukhari-Muslim)
Pernyataan-pernyataan ini tidak hanya menunjukkan kasih sayang, tetapi juga mengukuhkan status keturunan Nabi melalui jalur Fatimah sebagai bagian dari Ahlul Bait yang mulia.
3. Konteks Nasab dalam Islam: Tidak Sekadar Biologis
Dalam Islam, nasab (garis keturunan) tidak hanya dipahami secara biologis-paternalistik, tetapi juga secara spiritual dan kehormatan. Ketika seorang perempuan memiliki kedudukan suci seperti Fatimah, yang dijuluki Sayyidatu Nisa’il Jannah (Pemimpin para wanita surga), maka garis keturunan melalui dirinya memiliki keutamaan dan pengakuan syar’i.
Bahkan dalam Al-Qur`an, Allah mengangkat keturunan para nabi melalui jalur keturunan yang tidak selalu bersandar pada anak laki-laki, tetapi juga pada keturunan yang diberkahi, sebagaimana keturunan Maryam melalui Isa, walaupun Isa tidak memiliki ayah.
4. Tradisi Ahlul Bait dan Kedudukan Keluarga Nabi
Keluarga Nabi atau Ahlul Bait mendapatkan tempat istimewa dalam Islam. Dalam QS. Al-Ahzab ayat 33, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Ayat ini, menurut banyak ulama tafsir, diturunkan berkaitan dengan Nabi, Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain. Dengan demikian, keluarga Nabi dari jalur Fatimah-lah yang dipandang sebagai pewaris spiritual dan kehormatan Nabi SAW.
5. Gelar Sayyid dan Syarifah
Sampai hari ini, banyak keturunan Hasan dan Husain dari jalur Fatimah diberi gelar Sayyid (untuk laki-laki) dan Syarifah (untuk perempuan), sebagai bentuk penghormatan terhadap nasab Nabi Muhammad SAW.
Ini menjadi bukti bahwa umat Islam dari generasi ke generasi tetap mengakui dan menghormati garis keturunan Nabi melalui putrinya.
KEYWORD :Rasulullah SAW Fatimah az-Zahra Ali bin Abi Thalib