
Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi (Foto: Ant)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi menyatakan bahwa pemerintah Iran belum siap melanjutkan negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat dalam waktu dekat.
Hal tersebut disampaikan Araghchi dalam wawancara eksklusif bersama CBS News yang dilakukan di Teheran dan dipublikasikan pada Senin (30/6) yang dilansir dari Antara.
Ketika diminta tanggapan atas pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya menyebutkan kemungkinan negosiasi akan segera dimulai dalam pekan ini, Araghchi merespons dengan hati-hati.
Iran vs Israel, Siapa yang Benar-Benar Menang?
Ia mengungkapkan bahwa proses perundingan tidak akan terjadi secepat yang diperkirakan oleh Trump.
“Untuk kembali ke meja perundingan, kami perlu jaminan bahwa tidak akan ada lagi serangan militer dari pihak Amerika selama proses negosiasi berlangsung,” ujarnya.
Dengan mempertimbangkan situasi terkini, lanjut Araghchi, Iran masih memerlukan waktu untuk menilai kondisi sebelum mengambil keputusan. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa peluang diplomasi tidak sepenuhnya tertutup.
Pernyataan tersebut muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Amerika Serikat, terutama setelah pasukan AS melakukan pemboman terhadap tiga situs nuklir utama Iran di Fordow, Natanz dan Isfahan pada 22 Juni lalu.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.
Ketegangan ini merupakan bagian dari konflik yang lebih luas antara Iran dan Israel yang meletus sejak 13 Juni, setelah Israel melancarkan serangan udara mendadak ke beberapa kota besar di Iran.
Gencatan senjata baru diumumkan pada 24 Juni, menyusul eskalasi selama hampir dua minggu.
Sebelumnya, Iran dan AS dijadwalkan melanjutkan putaran keenam pembicaraan tidak langsung mengenai program nuklir Iran dan pencabutan sanksi di Muscat, Oman, pada 15 Juni.
Namun, serangan yang terjadi beberapa hari sebelumnya telah menunda proses diplomatik tersebut.
KEYWORD :Iran Abbas Araghchi Amerika Serikar nuklir