
Ilustrasi lafadz Nabi Muhammad SAW (Foto: Pexels/Allan Feitor)
Jakarta, Jurnas.com - Ketampanan Nabi Muhammad SAW bukan sekadar pesona lahiriah, tapi menjadi bagian dari keindahan sempurna yang Allah anugerahkan padanya. Namun, pesona itu justru sering tak terlihat jelas, karena tertutup oleh wibawa beliau yang begitu agung.
M. Quraish Shihab dalam salah satu ceramahnya menyebut, Nabi Muhammad lebih tampan dari Nabi Yusuf AS. Hanya saja, orang-orang tidak sanggup menatap wajah Rasulullah karena takzim yang muncul dari kewibawaannya.
Jika wanita Mesir sampai melukai tangannya saat melihat Nabi Yusuf, maka para sahabat Nabi Muhammad justru lebih sering menunduk di hadapannya. Kecantikan Nabi Yusuf mengguncang hati, sementara keindahan Rasulullah menundukkan jiwa.
Menurut Quraish Shihab, inilah yang membedakan antara ketampanan Nabi dan manusia lainnya. Sosok beliau begitu memesona, tapi bukan karena visual semata, melainkan karena kemuliaan ruh dan pancaran akhlaknya.
Riwayat menyebut, beliau memiliki rambut yang rapi terurai, kulit cerah, dan wajah bersinar. Suatu ketika beliau mengenakan baju merah, dan seorang sahabat bersaksi belum pernah melihat makhluk seindah itu.
Namun Rasulullah tidak mengandalkan penampilannya untuk menarik manusia. Justru cinta dan kasihnya yang membuat orang-orang mendekat dengan penuh hormat dan kerinduan.
Quraish Shihab menyebut Nabi sebagai sosok yang mencintai sebelum dicintai. Kecintaan itu bukan sekadar perasaan, melainkan diwujudkan dalam sikap yang mendidik tanpa menyakiti.
Ketika ada seorang badui buang air kecil di masjid, para sahabat ingin segera menegurnya. Tapi Rasulullah memintanya dibiarkan, lalu menasihatinya dengan lembut setelah selesai.
Teguran yang keluar dari cinta membuat orang menerima tanpa merasa dihakimi. Nabi mengajarkan bahwa kita membenci keburukan, bukan orang yang berbuat buruk.
Itulah sebabnya banyak yang terpikat kepada Rasulullah bahkan sebelum mereka memahami Islam. Sosoknya lebih dulu memikat hati, sebelum ajarannya menjangkau akal.
Namun ada juga yang mencintai beliau hanya karena sosoknya, bukan karena risalahnya. Ketika beliau wafat, sebagian dari mereka berpaling, sebab cinta itu belum bertaut dengan iman.
Allah ingin kita mencintai Nabi karena akhlaknya, karena petunjuknya, bukan semata-mata karena wajahnya. Maka, kecantikan fisik beliau diletakkan sebagai pelengkap, bukan sebagai pusat.
Ketampanan Rasulullah adalah anugerah, tapi wibawa dan kasih sayangnya adalah cermin kenabiannya. Beliau bukan hanya memesona, tapi juga membimbing manusia dengan cinta yang paling tulus. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Kisah Ketampanan Nabi Muhammad Nabi Yusuf Rasulullah SAW