
Ilustrasi mental fatigue atau kelelahan mental (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Pernahkan Anda tiba-tiba merasa “mentok” saat berpikir keras? Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa mental fatigue atau kelelahan mental bukan sekadar rasa capek biasa — ini adalah hasil perhitungan kompleks otak soal untung dan rugi.
Studi yang dipublikasikan di JNeurosci ini mengungkap bahwa kelelahan kognitif bukan hanya soal stamina berpikir — tapi soal seberapa bernilai upaya kita, di mata otak sendiri.
Eksperimen di dalam MRI
Penelitian ini melibatkan 28 partisipan berusia 21–29 tahun yang menjalani tes daya ingat di dalam mesin MRI. Mereka diminta mengingat urutan huruf — semakin panjang urutannya, semakin sulit tugasnya. Setiap keputusan dan kelelahan mental yang dirasakan diukur sebelum dan sesudah tugas.
Selain mendapat bayaran dasar $50, peserta juga bisa mendapatkan bonus hingga $8 tergantung pada seberapa sulit tantangan yang mereka pilih. Hasilnya? Makin besar hadiahnya, makin besar kemauan mereka untuk bertahan dalam tekanan mental.
Dua Wilayah Otak Menyala Saat Lelah
Hasil pemindaian menunjukkan aktivitas meningkat drastis di dua area otak:
-
Right Insula: Terkait dengan sensasi kelelahan dan kondisi tubuh.
-
Dorsolateral Prefrontal Cortex: Kunci dalam fungsi memori kerja dan pengambilan keputusan.
Aktivitas di kedua area ini meningkat lebih dari dua kali lipat saat partisipan mulai merasa lelah, dibanding kondisi awal mereka. Menurut Dr. Vikram Chib, peneliti utama dari Johns Hopkins University, temuan ini menunjukkan bahwa otak secara aktif “menimbang” apakah usaha mental layak dilakukan — mirip seperti saat kita memutuskan apakah tenaga fisik pantas dikeluarkan.
Motivasi Bukan Cuma Bonus Tambahan Tapi Mesin Penggerak
Apa yang membuat seseorang tetap mencoba saat sudah lelah? Jawabannya sederhana tapi penting: insentif. Studi ini menegaskan bahwa otak hanya mau “bekerja keras” saat ada imbalan yang terasa sepadan.
“Penelitian kami dirancang untuk menciptakan kelelahan kognitif dan melihat bagaimana orang memutuskan apakah mereka ingin terus berusaha,” jelas Dr. Chib. “Kami juga ingin tahu di mana tepatnya keputusan itu dibuat di otak.”
Implikasi Luas: Dari Burnout hingga Kesehatan Mental
Temuan ini punya dampak besar, terutama dalam memahami kelelahan pada kondisi seperti PTSD dan depresi, di mana motivasi dan energi mental kerap terkuras habis. Dr. Chib menyebut bahwa memahami bagaimana otak sehat merespons kelelahan adalah langkah awal untuk menciptakan terapi baru yang lebih tepat sasaran — baik melalui obat maupun terapi perilaku kognitif.
Masih Ada Batasan
Meski menjanjikan, studi ini tidak menunjukkan detail pada level neuron. MRI hanya mendeteksi aliran darah sebagai indikator aktivitas otak secara umum. Selain itu, eksperimen dilakukan di lingkungan terkontrol — bukan dalam situasi dunia nyata.
Meski begitu, penelitian ini membuka jendela baru untuk memahami bahwa kelelahan mental bukan hanya “lelah” — tapi bagian dari proses evaluasi biologis yang kompleks. Otak kita, ternyata, selalu mencari alasan yang cukup kuat untuk terus maju. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Mental Fatigue Kelelahan Mental motivasi otak Penelitian MRI Cara kerja otak