Selasa, 01/07/2025 21:28 WIB

Iran vs Israel, Siapa yang Benar-Benar Menang?

Iran maupun Israel sama-sama menyatakan diri sebagai pemenang dalam konflik bersenjata yang berlangsung selama 12 hari

Suasan pemakaman para petinggi Iran yang gugur dalam perang melawan Israel (Foto: Xinhua/Sha Dati​​​​​​/nym)

Jakarta, Jurnas.com - Hampir sepekan sejak pengumuman gencatan senjata oleh Presiden AS Donald Trump pada 24 Juni 2025, pertukaran rudal dan serangan udara antara Iran dan Israel belum terdengar lagi. Namun, suasana pasca-perang masih menyisakan ketegangan di kedua belah pihak.

Baik Iran maupun Israel sama-sama menyatakan diri sebagai pemenang dalam konflik bersenjata yang berlangsung selama 12 hari.

Pernyataan ini bukan hanya bertujuan memperkuat dukungan dalam negeri, tetapi juga mencerminkan bahwa bayang-bayang perang masih lekat dalam politik dan militer masing-masing negara.

Israel menyebut hasil konflik tersebut sebagai kemenangan besar, bahkan dibandingkan dengan kemenangan mereka pada Perang Enam Hari tahun 1967.

Operasi intelijen dan penguasaan ruang udara Iran menjadi bukti keunggulan mereka. Namun, perang kali ini memperlihatkan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya: Iran mampu membalas serangan langsung ke pusat-pusat kota Israel.

Untuk pertama kalinya sejak berdirinya pada 1948, kota-kota besar Israel seperti Tel Aviv, Bat Yam, dan Be`er Sheva dihujani rudal yang merusak infrastruktur dan menewaskan 29 orang.

Ribuan warga kehilangan tempat tinggal, dan kegiatan ekonomi lumpuh sementara. Dampak ini belum sebanding dengan serangan Hamas tahun lalu, tetapi cukup untuk mengguncang rasa aman masyarakat Israel.

Keberhasilan Iran menembus sistem pertahanan seperti Iron Dome mengirim pesan jelas bahwa pertahanan Israel tidak lagi sepenuhnya solid. Ini menimbulkan efek psikologis yang mendalam bagi warga, yang kini sadar bahwa negaranya tidak kebal dari ancaman luar.

Meski demikian, serangan Israel gagal memenuhi tiga tujuan utama yang pernah disampaikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yaitu menghentikan program nuklir Iran, melemahkan kekuatan rudal balistik, serta memutus jaringan Iran dengan kelompok proksi seperti Hizbullah.

Bahkan, Menteri Pertahanan Yoav Gallant menambahkan target ambisius lainnya, yakni menggulingkan Ayatollah Ali Khamenei.

Akan tetapi, menurut analis Israel Meron Rapoport di media +972 Magazine, semua tujuan tersebut tidak tercapai.

Serangan ke fasilitas nuklir seperti Natanz dan Isfahan tidak mematikan program nuklir Iran, dan justru mendorong Iran untuk mempercepat pengembangannya.

Ditambah lagi, Iran merasa dikhianati karena diserang ketika sedang menjajaki pembicaraan rahasia dengan AS.

Alih-alih mundur ke meja negosiasi, Iran memilih menunjukkan ketangguhannya lewat rudal hipersonik dan drone berteknologi tinggi yang mampu menembus pertahanan musuh.

Serangan siber, manuver strategis, dan doktrin peperangan multidomain menjadi bukti kemajuan militer Iran.

Yang paling mengejutkan, Iran mematahkan tabu kawasan Timur Tengah, yakni menyerang langsung Israel, bukan hanya melalui kelompok proksi. Ini menunjukkan keberanian baru Iran sekaligus menantang persepsi lama tentang batas konflik di wilayah tersebut.

Iran tampaknya makin yakin bahwa kemampuan nuklir dan hubungan strategis dengan kekuatan global seperti China dan Rusia adalah kunci utama deterensi militer.

Dengan membangun aliansi global yang lebih kuat, Iran berusaha keluar dari tekanan internasional dan memperkuat posisinya di panggung geopolitik.

Di sisi lain, Israel diprediksi akan terus melanjutkan strategi serangan preventif terhadap target-target penting Iran, baik fasilitas nuklir maupun tokoh-tokoh kunci pemerintah.

Ketegangan ini membuat gencatan senjata yang tidak memiliki syarat formal menjadi sangat rapuh, sewaktu-waktu bisa runtuh.

Akan tetapi jika kedua negara sama-sama merasa telah mencapai keseimbangan kekuatan, situasi damai yang rapuh ini bisa bertahan, setidaknya dalam jangka pendek.

KEYWORD :

Iran Israel Gencatan Senjata perang 12 hari Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :