Senin, 30/06/2025 23:49 WIB

Mengenal Ciri Perempuan Sholehah, Lebih dari Sekadar Penampilan

Ciri Perempuan Sholehah Menurut Islam, Bukan Sekadar Ibadah Lahiriah

Ilustrasi perempuan solehah (Foto: Pexels/PNW Production)

Jakarta, Jurnas.com - Di tengah dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah, keberadaan wanita sholehah tetap menjadi inspirasi yang tak lekang oleh zaman. Ia bukan hanya simbol kesalehan, tapi juga penentu arah moral dalam keluarga dan masyarakat.

Kriteria wanita sholehah dalam Islam tidak sebatas pada penampilan luar atau aktivitas ibadah yang terlihat. Justru, nilai utamanya terletak pada konsistensi hati, perilaku, dan peran aktif dalam kehidupan sosial.

Wanita sholehah menjadikan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai prioritas utama. Ia menjaga salat, mempelajari Al-Qur’an, dan menjauhi larangan syariat bukan karena kewajiban semata, melainkan karena kesadaran penuh akan tanggung jawabnya sebagai hamba.

Ketaatan itu kemudian tercermin dalam cara berpikir dan mengambil keputusan. Dalam situasi apa pun, ia berusaha memilih jalan yang Allah ridai, bahkan ketika tak ada yang melihatnya.

Sebagai bentuk iman yang hidup, ia juga menjaga kehormatan diri dalam segala situasi. Ia menutup aurat, menjaga adab, dan menahan diri dari hal-hal yang bisa merusak integritasnya.

Hal ini menunjukkan bahwa rasa malu bukan kelemahan, tetapi bagian dari iman yang memperkuat jati diri. Maka, ia hadir sebagai pribadi yang konsisten—antara yang tampak dan yang tersembunyi.

Dalam pergaulan, ia membawa akhlak yang menenangkan dan merangkul. Ramah, sabar, tidak mudah menghakimi, dan memilih kata dengan bijak adalah bagian dari karakternya sehari-hari.

Sikap ini menjadikannya sosok yang dicari di lingkungan sosial, bukan karena popularitas, tapi karena kedamaian yang ia bawa. Bahkan di media sosial, ia menjadi penyejuk di tengah kegaduhan.

Di dalam keluarga, ia menjalankan peran strategis sebagai istri dan ibu yang amanah. Ia bukan hanya pelengkap, tapi mitra sejati suami dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Meski mengurus rumah tangga, ia tetap menjaga identitas dirinya. Ia menyadari bahwa membentuk generasi tak bisa lepas dari keteladanan seorang ibu.

Dalam menjalani hari-hari, ia mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Ia tahu kapan harus produktif, kapan harus beribadah, dan kapan harus berhenti sejenak untuk menjaga kesehatan jiwa.

Keteguhan mental dan emosinya membuatnya tetap kokoh meski diterpa banyak tuntutan. Ia hadir sebagai bukti bahwa kelembutan dan kekuatan bisa berjalan beriringan.

Tak berhenti di ranah domestik, wanita sholehah juga mampu berkiprah di dunia kerja dan pendidikan. Ia tidak silau pada gemerlap dunia, namun tetap profesional dan amanah dalam menjalankan perannya.

Dengan iman sebagai kompas, ia menghadirkan etika dan integritas dalam setiap langkah. Keberhasilannya bukan hanya soal pencapaian, tetapi tentang bagaimana ia tetap menjaga nilai.

Ia juga cerdas secara spiritual dan emosional, bukan hanya mengikuti ajaran secara tradisional, tapi berdasarkan ilmu dan pemahaman mendalam. Ia tahu kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus mendengar dengan empati.

Inilah yang membuatnya mampu menjalin hubungan yang sehat dengan sesama. Ia tahu bahwa menjadi baik bukan berarti menghakimi, melainkan memberi contoh lewat sikap.

Menjadi wanita sholehah bukan soal menjadi sempurna, tapi tentang istiqamah—keteguhan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Ia tahu bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk tumbuh, bukan pamer kebaikan.

Maka di era digital sekalipun, wanita sholehah tetap relevan dan dibutuhkan. Ia bukan hanya pelengkap, tetapi pondasi moral dalam keluarga, masyarakat, bahkan dunia. (*)

KEYWORD :

Ciri-Ciri Wanita Solehah Era Digital Perempuan Solehah Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :