Minggu, 29/06/2025 18:37 WIB

Tips Menjaga Keharmonisan Keluarga Dunia-Akhirat

Hubungan rumah tangga bukan hanya ikatan lahiriah, tapi janji suci kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa tips menjaga kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga.

Ilustrasi menjaga keharmonisan keluarga (Foto: Agung Pandit Wiguna)

Jakarta, Jurnas.com - Menikah bukan sekadar menyatukan dua hati, tetapi juga mengikat janji suci yang disebut mitsaqan ghalizhan, sebuah perjanjian yang agung dan disaksikan langsung oleh Allah SWT. Maka tak heran jika rumah tangga dalam Islam dipandang sebagai ibadah seumur hidup, bukan hanya kesepakatan antara dua manusia.

Karena itu, menjaga keharmonisan keluarga menjadi bentuk kesetiaan terhadap ikrar tersebut. Jika janji pada sesama manusia saja berat untuk dilanggar, bagaimana mungkin kita tega mengkhianati perjanjian yang kita ucapkan di hadapan Tuhan? karenanya, berikut adalah bebera tips untuk menjaga keharmonisan keluargaatau dalam rumah tangga, yang dikutip dari laman Kemenag Kalsel dan Rumah Zakat.

Dalam menjalani pernikahan, komitmen yang kuat menjadi fondasi utama agar keluarga tetap utuh dan saling menguatkan. Komitmen ini akan membimbing suami-istri untuk tetap bersama dalam suka dan duka, tanpa mudah menyerah saat menghadapi masalah.

Selain itu, pasangan suami istri perlu membangun kemitraan yang seimbang agar relasi yang terjalin terasa adil dan setara. Sebab dalam Islam, keduanya adalah zauj — pasangan yang saling melengkapi, bukan pihak yang saling mendominasi.

Al-Qur’an bahkan tidak menyebut istri dengan istilah zaujah, melainkan zauj, untuk menegaskan bahwa dalam pernikahan, suami dan istri memiliki kedudukan yang sama sebagai sahabat dalam perjalanan panjang kehidupan. Masing-masing adalah belahan jiwa yang diciptakan untuk saling menenangkan dan menutupi kekurangan pasangannya.

Karena itu, komunikasi yang terbuka menjadi kunci penting dalam membangun hubungan yang sehat. Keterbukaan hati dan pikiran akan mencegah munculnya prasangka, serta memperkuat kepercayaan satu sama lain.

Dalam komunikasi itu, penting juga untuk memperbanyak pujian dan kata-kata yang menenangkan. Sebab, ungkapan positif bisa menjadi penawar luka dan penguat hati yang lelah, sedangkan kritik tajam seringkali justru memicu konflik yang tak perlu.

Hubungan yang saling menguatkan akan terasa lebih kokoh jika dibangun di atas semangat ibadah kepada Allah. Ketika cinta kepada pasangan dilandasi cinta kepada Tuhan, maka hubungan tersebut akan lebih tahan terhadap badai kehidupan.

Oleh karena itu, memperkuat hubungan spiritual dalam rumah tangga menjadi kunci keharmonisan yang hakiki. Shalat berjamaah, tilawah bersama, atau saling mendoakan adalah bentuk-bentuk ibadah kecil yang bisa mempererat ikatan hati.

Selain itu, pasangan yang senantiasa berdoa agar keluarganya menjadi penyejuk hati akan memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar hidup bersama. Dalam QS. Al-Furqan: 74, Allah mengabadikan doa orang-orang beriman yang ingin menjadikan pasangan dan keturunan mereka sebagai kebahagiaan yang menenangkan jiwa.

Doa itu sekaligus menunjukkan harapan agar keluarga bukan hanya utuh di dunia, tetapi juga berkumpul kembali di surga kelak. Dalam tafsir Al-Wasith, Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi menegaskan bahwa mereka berharap menjadi teladan bagi orang-orang bertakwa dalam tutur kata maupun perbuatan.

Dengan harapan itu, maka setiap pasangan harus berusaha memperbaiki diri agar hubungan rumah tangganya menjadi cerminan kasih sayang yang diridhai Allah. Rasulullah pun menegaskan bahwa sebaik-baik laki-laki adalah yang paling baik kepada istrinya, dan tidak layak memukul mereka sebagaimana memperlakukan budak.

Karena itu, waktu berkualitas bersama pasangan perlu diutamakan, meski di tengah kesibukan sehari-hari. Kebersamaan dalam bentuk sederhana seperti berbincang sebelum tidur atau makan bersama bisa memperkuat rasa cinta yang mungkin mulai memudar.

Namun semua ini tidak akan bermakna tanpa adanya rasa syukur yang tulus dalam hati. Syukur akan membuat seseorang lebih menghargai pasangannya, bahkan dalam hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian.

Dalam menjalani hubungan, tentu saja tidak selalu mulus, dan di situlah pentingnya sikap memaafkan. Islam mengajarkan bahwa memaafkan mendatangkan pahala besar dari Allah, serta menjadi jalan damai bagi keluarga yang terluka.

Begitu pula dengan pengendalian emosi, yang harus menjadi bagian dari karakter pasangan yang dewasa. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa orang kuat bukan yang menang dalam gulat, melainkan yang mampu menahan amarahnya.

Semua nilai ini akan menjadi lebih bermakna bila dijalani bersama dan terus-menerus diperbarui setiap hari. Karena menjaga keharmonisan rumah tangga bukan tugas sekali jadi, tetapi perjalanan panjang yang membutuhkan niat, usaha, dan kesabaran.

Lebih dari itu, keharmonisan keluarga adalah modal untuk mencapai kebahagiaan hakiki di akhirat. Dalam QS. At-Thur: 21, Allah menjanjikan bahwa keluarga yang beriman akan dikumpulkan kembali di surga sebagai wujud kasih sayang-Nya.

Maka, membangun keluarga yang harmonis bukan hanya demi kenyamanan duniawi, tetapi juga demi harapan abadi: berkumpul bersama orang-orang tercinta di sisi Allah SWT. Itulah tujuan sejati dari pernikahan dalam Islam — sakinah di dunia, surga di akhirat. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Keharmonisan Keluarga Mitsaqan ghalizhan Hari Keluarga




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :