
Ilustrasi keuangan yang cekak di tengah bulan - Stres Mengacaukan Insting Finansial Kita, Studi Ungkap Alasannya (foto:pngtree)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan, mulai dari yang sepele hingga yang krusial. Biasanya, otak kita bekerja untuk menimbang untung-rugi, meramalkan konsekuensi, lalu membuat keputusan yang terasa aman. Tapi situasinya berubah drastis saat kita berada di bawah tekanan.
Penelitian terbaru dari University of Arkansas menemukan bahwa stres dapat mengubah cara otak kita menilai risiko, terutama dalam keputusan keuangan. Inti temuannya? Saat stres, manusia menjadi kurang takut rugi—dan lebih mungkin mengambil keputusan yang berisiko.
Stres Mengikis Naluri Takut Rugi
Secara alami, manusia cenderung menghindari kerugian lebih keras daripada mengejar keuntungan—fenomena ini dikenal sebagai loss aversion. Misalnya, kehilangan uang 100 dolar terasa jauh lebih menyakitkan dibandingkan kegembiraan saat mendapat jumlah yang sama.
Namun, studi ini menunjukkan bahwa stres mengganggu pola tersebut. Ketika pikiran diliputi tekanan, sensitivitas terhadap kerugian melemah. Akibatnya, kita cenderung lebih impulsif dan mengambil langkah-langkah yang biasanya kita hindari—termasuk dalam pengambilan keputusan finansial.
“Dalam hidup saya sendiri, kalau sedang stres, saya cenderung menunda keputusan yang bisa berisiko rugi,” kata Grant Shields, peneliti utama studi ini. Namun, ternyata tidak semua orang bereaksi sama di bawah tekanan.
Pria dan Wanita Tanggapi Stres Secara Berbeda
Salah satu temuan paling menarik dari penelitian ini adalah bagaimana reaksi terhadap stres berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam situasi penuh tekanan, pria cenderung mengubah strategi pengambilan keputusan mereka lebih drastis, sedangkan perempuan justru mempertahankan akurasi prediksi yang lebih baik.
Artinya, perempuan lebih mampu memperkirakan hasil di tengah tekanan, sementara pria cenderung lebih memahami dampak dari keputusan setelah itu diambil. Perbedaan ini menyoroti peran biologis dalam cara kita mengelola risiko dan stres.
Tekanan Finansial yang Disimulasikan
Dalam eksperimen yang melibatkan 147 peserta, para peneliti menciptakan skenario stres realistis lalu meminta responden membuat serangkaian keputusan keuangan. Tujuannya bukan sekadar menguji logika, tetapi menelusuri bagaimana stres mempengaruhi intuisi ekonomi sehari-hari.
“Risiko finansial mudah diukur karena orang cenderung tahu apa yang akan mereka lakukan dengan uang mereka,” kata Shields. Hal ini membantu peneliti memisahkan antara pengaruh stres dan kemampuan berpikir rasional.
Stres Mengacaukan Cara Otak Menilai Peluang
Penelitian ini menggunakan model cumulative prospect theory untuk menganalisis keputusan. Model ini memecah proses pengambilan keputusan menjadi empat elemen: kecenderungan menghindari kerugian, keengganan terhadap risiko, ketidakteraturan dalam pilihan, dan distorsi probabilitas.
Yang paling menarik adalah bagian terakhir: distorsi probabilitas. Dalam kondisi stres, kita cenderung melebih-lebihkan kemungkinan hasil langka—seperti membeli tiket lotere karena merasa "mungkin saja menang". Pola pikir ini bisa menjelaskan keputusan keuangan yang gegabah, seperti investasi berisiko tinggi atau pengeluaran impulsif.
Apakah Evolusi yang Harus Disalahkan?
Mengapa stres mendorong kita mengambil risiko yang tampaknya tidak logis? Shields menjelaskan dari sudut pandang evolusi: “Kalau Anda dikejar predator, keputusan cepat dan berisiko bisa jadi penyelamat.” Dalam konteks modern, "predator" kita adalah tagihan, tenggat waktu, atau tekanan sosial—tetapi respons tubuh kita belum banyak berubah.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Ini?
Dengan memahami bagaimana stres memengaruhi pola pikir dan keuangan kita, kita bisa belajar mengelola emosi dan menunda keputusan penting hingga kondisi mental lebih stabil. Pengetahuan ini bukan hanya berguna bagi individu, tapi juga bagi perusahaan, pengambil kebijakan, dan profesional keuangan yang ingin membantu orang membuat pilihan lebih bijak di tengah tekanan.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology. Sumber: earth.com (*)
KEYWORD :Pengaruh stres Keputusan keuangan Finansial Risiko finansial saat stres