
Supriyadi dan Susiati dalam pernikahan massal di Masjid Istiqlal (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Suasana sakral dan nan khusyuk menyelimuti ruang ibadah utama Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Sabtu (28/6) pagi. Di tengah 100 pasangan pengantin yang melangsungkan pernikahan massal dari Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag), Supriyadi duduk tenang, meski hatinya membuncah penuh cinta.
Pria 64 tahun ini duduk bersanding dengan kekasihnya, Susiati. Usai keduanya terpaut delapan tahun. Bagi Supriyadi, masa senja tak menjadi penghalang baginya untuk memulai bahtera rumah tangga yang baru.
Supriyadi dan Susiati menjadi pasangan tertua dalam Pernikahan Massal se-Jabodetabek ini. Keduanya berasal dari wilayah Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, dan baru dapat meresmikan hubungan mereka secara hukum negara melalui program nikah massal ini.
“Kami bersyukur akhirnya bisa menikah secara resmi. Ini sebenarnya telah lama kami rencanakan, tapi banyak kendala yang kami lalui sebelumnya,” ujar Supriyadi saat ditemui wartawan.
Empat tahun sudah cinta tumbuh di hati Supriyadi dan Susiati. Mereka saling mengenal sejak 2021, saat pandemi Covid-19 masih berlangsung. Keduanya merupakan duda dan janda. Supriyadi ditinggal wafat istrinya pada 2021, sementara Susiati berstatus janda sejak 2009.
Pagi ini, Supriyadi dan Susiati sama-sama menjalani pernikahan kedua. Dari pernikahan sebelumnya, Supriyadi memiliki dua anak, sedangkan Susiati dikaruniai satu anak. Menurut Supriyadi, kecocokan jiwa dan kebiasaan menjadi faktor utama yang mendorong keduanya untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
“Tidak mudah sampai di titik ini (nikah massal). Saya sempat mengalami trauma setelah istri meninggal. Tapi saya mantap menikah lagi karena ingin menjalankan perintah agama,” ujar dia
Sementara itu, Susiati menyebut pernikahan di usia lanjut bukanlah halangan untuk membina rumah tangga yang sakinah.
“Butuh waktu, butuh semangat, dan butuh keyakinan. Arti pernikahan bagi kami sekarang adalah melanjutkan kehidupan di bawah rida Allah,” tambahnya.
Dia menambahkan, pernikahan bagi mereka adalah bentuk kerja sama dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Bahkan, katanya, cinta dan pernikahan tidak memiliki batasan usia.
“Usia hanyalah angka. Tapi semangat kami untuk meraih rida Allah tidak pernah merasa tua,” Susiati menambahkan
Seusai prosesi ijab kabul, Supriyadi dan Susiati tak hanya menerima buku nikah resmi dari negara, namun juga seperangkat alat salat, mushaf Al-Qur’an dari UPQ, serta paket kosmetik dari Wardah sebagai bentuk dukungan terhadap pasangan pengantin baru.
KEYWORD :Pernikahan Massal Supriyadi Ditjen Bimas Islam Kemenag