Sabtu, 28/06/2025 04:30 WIB

Mengapa Tahun Baru Islam di Indonesia Identik dengan Pawai Obor?

Ilustrasi masyarakat muslim di Indonesia sambut Tahun Baru Islam dengan pawai obor (Foto: InfoPublik)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap 1 Muharram, sebagaian masysrakat dari berbagai daerah di Indonesia merayakan Tahun Baru Islam dengan pawai obor. Tradisi ini tidak hanya memeriahkan malam pergantian tahun Hijriyah, tetapi juga sarat makna spiritual dan budaya.

Pawai obor biasanya dilakukan setelah Magrib, ketika langit mulai gelap dan obor-obor bambu dinyalakan. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa berjalan bersama menyusuri jalan kampung, kadang di jalan perkotaan menyalakan obor sambil berselawat dan membaca doa.

Keindahan visual dari obor yang menyala menjadi daya tarik utama, tetapi yang lebih penting adalah pesan simbolisnya. Obor melambangkan cahaya yang menerangi kegelapan, sebagaimana Islam menjadi petunjuk dalam kehidupan umat.

Dari sisi keagamaan, pawai ini dimaknai sebagai bentuk syiar Islam yang mencerminkan semangat hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah yang menjadi penanda awal kalender Hijriyah itu dianggap sebagai titik balik dalam sejarah Islam.

Karena itulah, menurut KH Miftahul Huda dari MUI, tradisi ini bertujuan membangkitkan kembali semangat hijrah secara spiritual. Hijrah tidak dimaknai sebagai perpindahan tempat semata, tetapi juga sebagai perubahan sikap dari buruk menjadi baik.

Sejalan dengan itu, pawai obor menjadi simbol ajakan untuk memperbaiki diri di tahun baru Islam. Umat Islam diajak merenungkan perjalanan hidup dan berkomitmen menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Dikutip dari berbagai sumber, sejarah pawai obor sendiri sudah dikenal sejak masa Khalifah Umar bin Khattab, ketika kalender Hijriyah pertama kali digunakan. Namun di Indonesia, tradisi ini mulai berkembang pesat setelah kemerdekaan dan dipopulerkan oleh kalangan pesantren di Jawa dan Sumatera.

Dari waktu ke waktu, pawai obor menjadi ekspresi budaya Islam lokal yang mengakar kuat dalam masyarakat. Tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah seperti Yogyakarta, Solo, hingga Aceh dan menjadi agenda tahunan yang dinanti-nanti.

Dalam pelaksanaannya, pawai sering dipadukan dengan pertunjukan seni Islami seperti hadrah dan marawis. Suasana yang tercipta tidak hanya khusyuk, tetapi juga penuh keceriaan dan kebersamaan.

Melalui momen ini, masyarakat lintas usia berkumpul dalam satu iring-iringan yang mencerminkan semangat persatuan. Kehangatan dalam tradisi ini memperkuat nilai ukhuwah Islamiyah dan solidaritas sosial.

Lebih dari sekadar seremoni, pawai obor menjadi media edukasi bagi generasi muda untuk mengenal sejarah Islam secara langsung. Mereka belajar tentang pentingnya hijrah, perjuangan Rasulullah, dan arti penting nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pawai ini juga mendorong masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tradisi Islami di tengah derasnya arus modernisasi. Di beberapa daerah, kreativitas masyarakat membuat pawai obor tampil lebih meriah dengan kostum bertema Islami dan ornamen khas Timur Tengah.

Meski berkembang secara visual, esensi pawai tetap terjaga sebagai sarana dakwah dan pengingat akan pentingnya cahaya iman dalam menjalani hidup. Obor bukan sekadar api, tapi lambang harapan dan bimbingan Allah SWT di awal tahun yang baru.

Dengan begitu, pawai obor bukan hanya menjadi budaya, melainkan juga gerakan hati yang mengajak umat untuk berbenah. Tradisi ini menunjukkan bagaimana ajaran Islam mampu bersinergi dengan kearifan lokal dan membentuk jati diri masyarakat Indonesia. (*)

KEYWORD :

Tahun Baru Islam Indonesia Pawai Obor Bulan Muharram




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :