
Ilustrasi sedang tidur siang singkat (Foto: Pexels/Yaroslav Shuraev)
Jakarta, Jurnas.com - Mengalami momen "aha!" setelah bangun tidur siang? Mungkin bukan kebetulan. Studi baru yang dipublikasikan di PLOS Biology menemukan bahwa tidur siang singkat—selama otak memasuki fase tidur dalam—secara signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang menemukan solusi kreatif atau pola tersembunyi.
Penelitian yang dipimpin oleh Anika Löwe dan tim dari Universität Hamburg dan Max Planck Institute for Human Development ini meneliti bagaimana berbagai tahap tidur memengaruhi kemampuan memecahkan masalah.
N2 Sleep, Kunci Wawasan Mendadak
Dalam eksperimen ini, 90 partisipan usia 18 hingga 35 tahun diminta menyelesaikan tugas visual yang memiliki trik tersembunyi. Awalnya, mereka mengikuti gerakan titik-titik. Namun sebenarnya, warna juga menjadi petunjuk jawaban yang benar. Hanya mereka yang menyadari pola ini yang disebut berhasil menemukan insight.
Sebelum mengerjakan ulang tugas, peserta diberi waktu istirahat 20 menit. Aktivitas otak mereka dipantau dengan EEG dan dibagi ke dalam tiga kelompok: tetap terjaga (wake), tidur ringan (N1), dan tidur tahap sedang (N2).
Hasilnya mencolok, 85,7% peserta yang mencapai tidur N2 menemukan pola tersembunyi. Sementara itu, hanya 63,6% dari kelompok N1 dan 55,5% dari kelompok yang tidak tidur yang mengalami hal serupa.
Bukan Gelombang Otak, Tapi ‘Kebisingan’ yang Berkurang
EEG menunjukkan bahwa bukan gelombang otak seperti alpha atau delta yang menjadi indikator munculnya insight. Justru, kemiringan spektral—penanda aktivitas otak yang tidak teratur—yang lebih kuat berkaitan dengan momen “aha”.
Kemiringan yang lebih curam mengindikasikan tidur lebih dalam dan lebih sedikit “kebisingan” neural. Aktivitas ini paling terlihat di area frontal otak, wilayah yang terkait dengan pengambilan keputusan dan berpikir fleksibel.
Löwe menjelaskan bahwa ini mungkin mencerminkan proses otak yang disebut synaptic downscaling—proses menghapus sambungan lemah di otak, yang membuat pola baru lebih mudah dikenali. Proses ini mirip dengan teknik regularisasi dalam machine learning untuk menghindari “overfitting”.
Temuan ini terasa dekat dengan pengalaman banyak orang, khususnya di kalangan kreatif. Banyak peserta maupun kolega Löwe mengaku sering mendapat inspirasi mendadak setelah tidur sejenak.
“Menarik sekali melihat seberapa banyak orang yang bisa mengaitkan hasil ini dengan pengalaman pribadi mereka,” kata Löwe.
N1 Bukan Jawaban, N2 Lebih Menonjol
Meskipun beberapa studi sebelumnya menyebut tidur ringan (N1) cukup untuk mendorong insight, penelitian ini menunjukkan hal berbeda. Hanya tidur N2 yang secara konsisten dikaitkan dengan meningkatnya insight, bahkan setelah mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti kewaspadaan dan metode penilaian EEG.
Pertanyaan Selanjutnya Masih Terbuka
Penelitian ini membuka pintu untuk eksplorasi lebih lanjut: Apakah tahap tidur lebih dalam (seperti N3) juga punya efek serupa atau lebih kuat? Apakah durasi tidur memengaruhi hasil? Dan bagaimana hasilnya jika diterapkan pada jenis tugas yang berbeda—misalnya logika atau matematika?
“Yang membuat kami sangat tertarik adalah bahwa tidur sesingkat ini bisa membantu otak melihat koneksi yang sebelumnya tidak terlihat,” kata Nicolas Schuck, salah satu penulis studi.
Dengan kata lain, ketika pikiran terasa buntu, solusi mungkin bukan bekerja lebih keras—tapi tidur lebih dalam, walau hanya sejenak. (*)
Sumber: Earth.com
KEYWORD :Tidur Siang Kreativitas Insight Otak N2 Sleep Neurosains Tidur