Jum'at, 27/06/2025 02:34 WIB

Amalan dan Doa Pelancar Rezeki di Awal Tahun Hijriah

Tahun baru Hijriah bukan hanya soal waktu yang berlalu, tapi tentang sejauh mana kita telah dekat dengan Sang Pemilik rezeki.

Ilustrasi sedang berdoa (Foto: Pexels/Thridman)

Jakarta, Jurnas.com - Muharram sebagai bulan pembuka dalam kalender Hijriah atau Tahun Baru Islam, kerap kali membawa nuansa reflektif bagi umat Islam. Pergantian tahun bukan sekadar penanda waktu yang berganti, tetapi juga kesempatan spiritual untuk mengevaluasi diri dan memperbarui arah hidup. Dalam tradisi Islam, bulan ini sering dijadikan momen untuk memperbanyak muhasabah, memperdalam doa, dan memohon keberkahan dari Allah SWT agar kehidupan di tahun mendatang lebih baik, termasuk dalam hal rezeki.

Rezeki merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan jasmani, tetapi juga sebagai sarana untuk beribadah dan mengabdi. Karena itulah, Islam tidak memisahkan antara usaha duniawi dan ikhtiar spiritual. Rezeki yang halal dan berkah adalah anugerah yang tidak hanya diperoleh dengan kerja keras, tetapi juga dengan memperkuat hubungan dengan Sang Pemberi Rezeki.

Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa mencari rezeki adalah perintah sekaligus bagian dari ibadah. Firman-Nya dalam surah Al-‘Ankabut ayat 17 menyebutkan, “...Mintalah rezeki kepada Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya...” 

Namun demikian, Islam juga mengajarkan bahwa keberhasilan dalam mencari nafkah tidak boleh hanya bertumpu pada usaha lahir. Rasulullah SAW dan para nabi sebelumnya memberi teladan untuk menyelaraskan kerja keras dengan doa yang tulus.

Salah satu doa yang patut diamalkan adalah doa Nabi Musa AS ketika beliau berada dalam kesulitan: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashash: 24). Doa ini mencerminkan kerendahan hati dan pengakuan akan keterbatasan manusia dalam meraih rezeki tanpa bantuan Allah.

Selain itu, terdapat pula doa yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW dan diriwayatkan dalam hadis Tirmidzi, “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki halal-Mu dari yang haram, dan kayakanlah aku dengan anugerah-Mu dari selain-Mu.” Doa ini merupakan bentuk pengakuan bahwa hanya rezeki dari Allah yang patut diandalkan, bukan dari cara-cara yang meragukan atau bertentangan dengan syariat, demikian dikutip Baznas.

Ketakwaan menjadi landasan utama dalam menarik rezeki, sebagaimana firman Allah dalam surah Ath-Thalaq ayat 2–3, yang menyebut bahwa siapa pun yang bertakwa akan diberikan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Ayat ini menekankan bahwa pintu-pintu rezeki seringkali terbuka bukan hanya karena kecerdikan strategi, tetapi karena kemurnian hati dalam menjaga hubungan dengan Allah.

Sebagai bentuk dzikir harian, kalimat hauqalah, yaitu “La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim,” juga memiliki keutamaan dalam memudahkan datangnya rezeki. Kalimat ini mengandung makna bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah. Para ulama menekankan bahwa dzikir ini dapat memberikan ketenangan, kekuatan dalam bekerja, serta menjadi sebab terbukanya berbagai kebaikan dalam hidup.

Menariknya, ulama besar asal Nusantara, Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Maraqil Ubudiyah, menjelaskan bahwa melazimi bacaan empat surah Al-Qur’an dapat menjadi pembuka rezeki. Surah Asy-Syams, Al-Lail, Al-Falaq, dan An-Naas, jika dibaca setiap hari, diyakini akan membawa manfaat besar.

Surah Asy-Syams dapat mempertajam kecerdasan dan intuisi dalam menghadapi masalah, sementara surah Al-Lail menjaga kehormatan dan menutup aib. Surah Al-Falaq melindungi dari berbagai keburukan, dan surah An-Naas menjadi tameng dari godaan syaitan serta musibah yang tak terlihat. Syekh Al-Qasthalani menambahkan bahwa orang yang istiqamah membaca keempat surah ini akan mendapatkan rezeki yang mengalir seperti hujan dari langit.

Agar doa dan amalan tersebut semakin mustajab, Islam menganjurkan untuk memperbanyak istighfar karena dosa-dosa yang tertimbun bisa menjadi penghalang datangnya rezeki. Di samping itu, menjaga silaturahmi menjadi sebab bertambahnya umur dan luasnya pintu rezeki. Bersedekah dan menunaikan zakat adalah bentuk penyucian harta, sekaligus investasi akhirat yang berdampak langsung terhadap kelapangan dunia. Sebaliknya, menjauhi riba dan usaha yang syubhat adalah bentuk kehati-hatian agar rezeki yang diperoleh tidak menjadi sumber malapetaka.

Memulai tahun baru Hijriah dengan doa, dzikir, dan introspeksi merupakan di antara cara Islami dalam menata ulang hidup. Ini adalah saat yang tepat untuk kembali menata niat, memperkuat usaha, dan memperbanyak ikhtiar spiritual. Rezeki yang kita cari bukan hanya soal jumlah, tetapi tentang keberkahan dan manfaatnya dalam kehidupan dunia dan akhirat. (*)

Wallohu`alam

 
KEYWORD :

Doa Pelancar Rezeki Bulan Muharram Tahun Hijriah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :