
Kemdiktisaintek bersama Kemenbud menghadirkan pemeran seni di Jogja (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggandeng Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), kala menghadirkan pameran seni bertajuk `Science and Art 8.0` di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek dalam event ini memamerkan lukisan tokoh-tokoh ilmuwan, baik dari Indonesia maupun dunia, karya pelukis Paul Hendro.
"Kami ingin menghidupkan kembali tradisi ‘Padarman’ dalam wujud modern, sebagai bentuk penghormatan terhadap pemikiran, pengetahuan, dan kontribusi ilmuwan terhadap kemajuan peradaban sebagai bagian dari narasi kepahlawanan," kata Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma pada Rabu (25/6).
Yudi mengatakan, banyak negara memiliki tradisi penghormatan terhadap tokoh-tokoh penting sebagai bagian dari sejarah. Selama ini, pahlawan lebih dimaknai sebagai tokoh yang berjuang dalam perang melawan penjajah di masa perjuangan.
Namun, menurut sejarah Monash University, Luthfi Adam, ada pula dderetan pahlawan yang berada di ruang sepi, yaitu para ilmuwan sebagai pahlawan sains dan teknologi.
"Sejarah sesungguhnya ada masanya, dan saat ini Indonesia masuk ke masa untuk membangun science society atau masyarakat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sudah saatnya pahlawan ilmu pengetahuan dikomunikasikan pada masyarakat," ujar Luthfi.
Masih lemahnya diseminasi sains dan teknologi kepada masyarakat diamini oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM), Kuwat Triyana. Dia menghubungkan kesulitan penyebaran informasi ini dengan tingkat kompleksitas riset yang dilakukan peneliti.
"Ilmuwan masih mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan sains kepada masyarakat. Semakin bisa membuat kerumitan, banyak ilmuwan makin bangga, sehingga komunikasi makin sulit terbangun," kata Kuwat.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi bidang Komunikasi Publik dan Media Massa menyebut pameran ini berpotensi penting untuk mengkomunikasikan sains dengan bahasa yang lebih dipahami masyarakat.
Dalam pameran ini, lukisan potret menjadi medium baru yang memungkinkan masyarakat bertemu kembali dengan wajah-wajah tokoh masa lalu maupun masa kini. Hal ini membuka ruang kesadaran bahwa sebagai bangsa Indonesia, mereka berbagi pengalaman dan nilai yang sama dengan masyarakat.
Khusus mengenai lukisan potret para ilmuwan, pelukis Paul Hendro mengakui bahwa pameran ini mencoba menyambungkan dunia ilmuwan dengan seniman lukis.
"Selama ini, para ilmuwan tidak tersentuh oleh para pelukis. Kebanyakan yang dikenal oleh pelukis adalah pahlawan perang pejuang kemerdekaan," ujar Paul.
Upaya membangunkan rapsodi seni, sejarah dan saintek sebenarnya telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Pada 2022, diselenggarakan `Pekan Wirabangsa` di Pasar Seni Ancol, Jakarta, yang menampilkan pahlawan nasional pilihan negara dan mengajak publik untuk berpikir ulang tentang siapa sebenarnya para pendiri bangsa.
Pada tahun yang sama, Paul Hendro menggagas hibah lukisan potret Presiden dan Wakil Presiden kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), menandai dimulainya gerakan potret kenegaraan kontemporer.
Lalu, pada 2024, digelar pameran `Seabad Para Kalangwan`, yang menampilkan tokoh-tokoh sastrawan dan seniman besar seperti Empu Kanwa, Empu Tantular, dan Prapanca.
KEYWORD :Pameran Seni Kemdiktisaintek Kementerian Kebudayaan Paul Hendro