Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar, dan Ketua Dewan Syura DPP PKB, KH Maruf Amin membuka Konferensi Internasional Transformasi Pesantren di Jakarta (Foto: YouTube PKB)
Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar, menyinggung tiga dosa besar yang harus dihilangkan dari pesantren.
Hal ini disampaikan dalam pembukaan Konferensi Internasional Transformasi Pesantren (International Conference of The Tranformation on Pesantren), di Jakarta, pada Selasa (24/6).
"Ada tiga dosa besar yang harus diselesaikan pesantren. Pertama, bullying (perundungan). Kedua, kekerasan seksual. Ketiga, intoleransi," ujar Muhaimin atau akrab disapa Gus Imin.
Dan sebagai bagian dari komitmen untuk menghilangkan tiga dosa besar tersebut, Gus Imin mengatakan DPP PKB telah membentuk satuan tugas (satgas) khusus.
Selain menerima aduan mengenai tiga dosa besar di pesantren, satgas ini juga akan aktif mendorong Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah daerah, serta aparat kepolisian untuk melakukan pendataan dan review ulang terhadap puluhan ribu pesantren di Indonesia.
"Saya harap Kemenag dan pemda diback-up aparat benar-benar meregistrasi dan melakukan review ulang, mendeteksi pesantren-pesantren palsu yang tumbuh di mana-mana mengeksploitasi kemiskinan untuk kepentingan beberapa orang mengatasnamakan pesantren," ujar Gus Imin.
"Saya punya tim khusus untuk merazia pesantren-pesantren yang mengatasnamakan pesantren tapi tindakan, praktik, pengelolaan benar-benar eksploitatif," Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (PM) ini menambahkan.
Diketahui, Konferensi Internasional Transformasi Pesantren mengundang total 300-an pesantren se-Indonesia, para pakar dari dalam dan luar negeri, serta praktisi industri guna berbagi praktik baik.
Konferensi ini juga akan mempertemukan pesantren yang memiliki satuan pendidikan untuk bersinergi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), guna menjalin kerja sama link and match.
KEYWORD :Tiga Dosa Besar Transformasi Pesantren DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar Gus Imin
