Selasa, 24/06/2025 21:35 WIB

Doping Sepak Bola, Apa Alasan Pemain Melakukannya?

Doping telah lama menjadi momok dalam olahraga, dan sepak bola bukanlah pengecualian.

Mantan gelandang Juventus, Paul Pogba pernah tersandung kasus doping (Foto: Goal)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam dunia sepak bola profesional, kekuatan fisik dan daya tahan menjadi modal utama di atas lapangan. Di balik gemerlap sorotan kamera dan sorak sorai suporter, tekanan untuk tampil sempurna kerap mendorong pemain ke titik ekstrem. Salah satunya adalah penggunaan doping.

Praktik ini telah lama menjadi momok dalam olahraga, dan sepak bola bukanlah pengecualian. Beberapa nama besar pun pernah terseret, termasuk Paul Pogba dan Mikhaylo Mudryk, yang menjadi sorotan publik karena dugaan atau temuan zat terlarang dalam tubuh mereka.

Kasus Paul Pogba sempat mengguncang publik sepak bola Eropa. Gelandang asal Prancis itu diketahui positif menggunakan zat yang masuk daftar larangan WADA, yang meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh.

Bukan hanya Pogba, pesepak bola Chelsea, Mudryk, juga pernah menjadi bagian dari perbincangan seputar doping, meski dalam konteks yang berbeda. Berbagai kasus ini memunculkan pertanyaan besar.

Apa yang membuat pemain sepak bola profesional, dengan segala fasilitas dan pengawasan medis yang ketat, sampai tergoda memakai doping?

Alasan paling umum yang sering diungkapkan adalah keinginan untuk pulih lebih cepat dari cedera. Dalam kalender kompetisi yang padat, pemain dituntut untuk segera kembali ke lapangan.

Zat seperti steroid anabolik atau hormon pertumbuhan sering digunakan secara ilegal untuk mempercepat regenerasi otot. Meskipun ada protokol medis resmi, beberapa pemain memilih jalan pintas demi mempertahankan tempat utama dalam tim.

Selain itu, tekanan untuk tampil konsisten dalam performa puncak juga menjadi pemicu. Dalam banyak kasus, pemain merasa harus terus menjaga stamina, kekuatan otot, dan fokus mental dalam level tertinggi.

Doping dianggap sebagai bantuan `tak terlihat` untuk mengatasi kelelahan, stres, hingga ketidakseimbangan fisik yang dialami selama musim kompetisi.

Motif lain yang tak kalah signifikan adalah pengaruh eksternal dari agen, klub, atau bahkan staf medis yang tidak bertanggung jawab. Beberapa pemain muda yang masih minim pengalaman bisa terjerumus tanpa sepenuhnya memahami risiko dari zat yang mereka konsumsi.

Kurangnya edukasi dan transparansi mengenai zat-zat terlarang dalam suplemen atau obat juga memperburuk situasi.

Secara psikologis, rasa takut kehilangan tempat di tim atau tidak mencapai ekspektasi suporter dan media juga memainkan peran besar. Dalam kondisi tersebut, sebagian pemain merasa doping adalah satu-satunya jalan agar tetap relevan dan bersaing di level tertinggi.

Sayangnya, pilihan ini sering berakhir tragis, bukan hanya karena sanksi larangan bermain, tetapi juga risiko jangka panjang terhadap kesehatan jantung, liver, hingga keseimbangan hormon tubuh.

FIFA dan organisasi antidoping dunia telah memperketat regulasi dan pengawasan. Tes doping acak kini menjadi prosedur rutin bahkan dalam latihan, bukan hanya pertandingan resmi.

Meski demikian, kasus doping masih terus bermunculan, mengingat kompleksnya dorongan internal dan eksternal yang dihadapi para pemain.

KEYWORD :

Kasus Doping Fakta Unik Sepak Bola Paul Pogba




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :