
Kiper Arsenal, David Raya, menyelamatkan penalti (Foto: Goal)
Jakarta, Jurnas.com - Tendangan penalti menjadi salah satu momen paling krusial dalam sebuah pertandingan sepak bola. Keputusan wasit menunjuk titik putih bisa mengubah nasib tim dalam hitungan detik.
Namun, di balik penerapannya yang sudah mendunia, penalti ternyata punya sejarah panjang dan sempat ditolak habis-habisan saat pertama kali diusulkan.
Ide ini pertama kali dicetuskan oleh William McCrum, seorang pengusaha dan penjaga gawang amatir asal Irlandia Utara. Kala itu, dia prihatin karena banyak pelanggaran serius dalam kotak penalti yang tidak dihukum secara adil.
Sering kali, pelanggaran berat seperti handball di garis gawang atau tekel berbahaya hanya menghasilkan tendangan bebas tak langsung yang mudah diblokir.
Proposal McCrum diajukan pada akhir 1880-an ke badan pengatur sepak bola Inggris. Namun banyak pihak menolaknya karena dianggap mencederai semangat sportif dan memberi terlalu banyak keuntungan pada penyerang. Pelatih dan pemain saat itu menganggap penalti sebagai bentuk hukuman berlebihan.
Kejadian yang membuat usulan itu diterima terjadi pada 1891. Dalam pertandingan antara Stoke City dan Notts County, seorang pemain melakukan pelanggaran jelas dalam kotak penalti, tetapi lolos dari hukuman karena belum ada aturan spesifik. Publik mendesak perubahan, dan federasi pun akhirnya menyetujui proposal penalti.
Tendangan penalti resmi mulai diterapkan pada musim 1891 di Liga Inggris. Skema awalnya cukup berbeda dengan sekarang. Bola tidak selalu ditaruh di titik putih, dan penjaga gawang boleh berdiri di mana saja di garis gawang saat penalti diambil. Aturan kemudian diperbarui agar lebih seimbang.
Seiring waktu, titik penalti menjadi bagian tak terpisahkan dari permainan. FIFA mulai memasukkan penalti ke dalam turnamen-turnamen resmi, dan perlahan menjadi simbol keadilan di lapangan. Drama penalti pun semakin sering menjadi penentu dalam laga-laga penting.
Di tingkat Piala Dunia, penalti menjadi penentu sejak era 1970-an. Pertandingan Jerman Barat melawan Prancis di semifinal 1982 adalah salah satu yang paling dikenang karena harus ditentukan lewat adu penalti setelah imbang di waktu normal dan perpanjangan waktu.
Kini, penalti bukan hanya soal teknis tetapi juga psikologis. Pemain dituntut punya mental baja, sementara kiper harus membaca gerak tubuh lawan. Semua bermula dari satu ide sederhana seorang penjaga gawang amatir yang ingin permainan lebih adil.
KEYWORD :Tendangan Penalti Fakta Unik Sepak Bola William McCrum