
Ilustrasi Hari Hutan Hujan Sedunia (Foto: Amazon Aid)
Jakarta, Jurnas.com - Hari Hutan Hujan Sedunia atau World Rainforest Day diperingati setiap tanggal 22 Juni, sebagai panggilan global untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan hutan hujan—ekosistem paling kaya keanekaragaman hayati di Bumi.
Dikutip dari berbagai sumber, Hari Hutan Hujan Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 2017 oleh Rainforest Partnership, sebuah organisasi lingkungan non-profit berbasis di Austin, Texas. Sejak awal, tujuannya adalah membangun kesadaran global akan ancaman deforestasi dan pentingnya aksi kolektif untuk melindungi hutan hujan.
Meski baru dirayakan secara resmi sejak 2017, kepedulian terhadap pelestarian hutan hujan telah tumbuh jauh sebelumnya. Pada 1986, gerakan internasional penyelamatan hutan hujan mulai diperkenalkan untuk mendorong perlindungan ekosistem tropis.
Kepedulian itu terus berkembang hingga terbentuknya Rainforest Partnership pada 2007, yang kemudian memperluas kolaborasi dengan puluhan organisasi di berbagai negara. Dukungan terhadap Hari Hutan Hujan Sedunia kini datang dari lebih dari 70 mitra global, termasuk aktivis, media, dan komunitas adat.
Alasan utama peringatan ini adalah fakta bahwa hutan hujan merupakan salah satu ekosistem paling vital di bumi. Selain menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida, hutan hujan juga menyimpan separuh dari keanekaragaman hayati dunia.
Namun, ancaman terhadap kelestariannya semakin besar akibat aktivitas manusia. Penebangan liar, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, dan pembangunan menjadi penyebab utama hilangnya jutaan hektare hutan setiap tahun.
Sejak 1980, dunia telah kehilangan sekitar satu miliar hektare hutan hujan—luasnya setara dengan Benua Eropa. Deforestasi dalam skala besar ini turut meningkatkan emisi karbon global hingga 15 persen, melebihi gabungan emisi dari seluruh kendaraan di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Lebih dari itu, hilangnya hutan juga berarti punahnya spesies-spesies langka yang tak bisa hidup di tempat lain. Selain itu, masyarakat adat yang menggantungkan hidup pada hutan turut terancam kehilangan ruang hidup dan identitas budaya mereka.
Hutan hujan tropis seperti Amazon, Kongo, dan hutan-hutan di Asia Tenggara juga berfungsi sebagai penyeimbang iklim global. Ketika hutan ditebang, risiko banjir, tanah longsor, dan kekeringan semakin sering terjadi dan dampaknya meluas ke berbagai sektor kehidupan.
Di balik kerusakan itu, hutan hujan sebenarnya menyimpan banyak manfaat yang belum sepenuhnya kita eksplorasi. Selain sebagai sumber pangan dan air, hutan hujan juga menyimpan potensi besar dalam pengembangan obat-obatan dari tumbuhan dan organisme unik yang hidup di dalamnya.
Itulah sebabnya, Hari Hutan Hujan Sedunia tidak hanya sekadar perayaan simbolik. Peringatan ini mendorong aksi nyata dan kolaborasi lintas negara untuk menghentikan kerusakan serta memulihkan kawasan yang telah rusak.
Tahun ini, kampanye global mengusung gerakan “Planet Walkers” yang mengajak masyarakat dunia untuk ikut berjalan kaki di kawasan hutan, taman, atau jalur alam. Setiap langkah yang dibagikan ke media sosial adalah simbol keterhubungan manusia dengan alam dan bentuk dukungan terhadap pelestarian hutan.
Dengan cara yang sederhana tapi bermakna, gerakan ini menunjukkan bahwa semua orang bisa berkontribusi. Tak harus menjadi aktivis, setiap individu bisa memulai dari keputusan kecil seperti memilih produk ramah lingkungan atau mendukung komunitas pelindung hutan.
Edukasi juga menjadi bagian penting dalam peringatan ini karena masih banyak yang belum memahami fungsi ekologis hutan hujan secara menyeluruh. Pemahaman yang kuat akan memicu kepedulian, dan dari situlah aksi nyata bisa tumbuh.
Pada akhirnya, melestarikan hutan hujan adalah investasi untuk masa depan bersama. Hutan ini bukan hanya paru-paru bumi, tapi juga fondasi kehidupan yang menopang udara, air, pangan, iklim, dan keanekaragaman hayati.
Jika hutan hujan punah, dampaknya akan dirasakan lintas generasi. Maka Hari Hutan Hujan Sedunia hadir sebagai seruan agar kita bergerak sekarang, bukan nanti.
Hari Hutan Hujan Sedunia mengingatkan kita bahwa masa depan planet ini tidak dapat dipisahkan dari nasib hutan hujan. Melindungi hutan bukan sekadar urusan konservasi, melainkan tanggung jawab generasi kini untuk keberlangsungan generasi mendatang.
Bumi hanya punya satu Amazon, satu Kongo, dan satu Papua. Jika hutan hujan musnah, maka tak ada cadangan paru-paru untuk menggantikannya. Mari jaga, rawat, dan perjuangkan hutan hujan—demi udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan kehidupan yang kita warisi. (*)
KEYWORD :Hari Hutan Hujan Sedunia 22 Juni Hari hutan hujan 2025