Minggu, 22/06/2025 19:35 WIB

Melihat Kemampuan Iron Dome, Benteng Udara Milik Israel

Sistem pertahanan udara Iron Dome menjadi komponen utama dalam menjaga keamanan serangan rudal jarak pendek, proyektil artileri, dan mortir.

Ilustrasi - sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket setelah Iran menembakkan salvo rudal balistik (Foto: REUTERS)

Jakarta, Jurnas.com - Sejak pertama kali dioperasikan pada tahun 2011, sistem pertahanan udara Iron Dome menjadi komponen utama dalam menjaga keamanan wilayah Israel dari serangan rudal jarak pendek, proyektil artileri, dan mortir.

Dirancang khusus untuk melindungi area permukiman dan perkotaan, sistem ini diklaim memiliki tingkat keberhasilan intersepsi hingga hampir 90%.

Keunggulan tersebut dicapai berkat kombinasi teknologi radar mutakhir, sistem komando dan kendali (Battle Management & Control/BMC), serta peluncur roket interceptor bernama Tamir.

Radar EL/M‑2084 yang terpasang pada sistem ini mampu melacak peluncuran rudal hingga sejauh 70 kilometer. Radar tersebut menganalisis lintasan dan menentukan apakah rudal yang masuk akan mengenai daerah yang dihuni penduduk.

Jika lintasan rudal diprediksi mengarah ke wilayah berpenduduk atau fasilitas penting, maka peluru kendali Tamir akan segera diluncurkan. Interceptor ini memiliki panjang sekitar 3 meter, diameter 16 sentimeter, dan berat sekitar 90 kilogram saat diluncurkan.

Dilengkapi dengan active radar seeker dan sistem manuver tinggi, Tamir akan mendekati ancaman dan meledakkan hulu ledak berisi pecahan logam untuk menghancurkan rudal lawan sebelum mencapai target.

Salah satu aspek efisiensi utama dari Iron Dome adalah sifatnya yang selektif. Sistem ini tidak menanggapi semua serangan yang terdeteksi. Jika proyektil musuh diperkirakan akan jatuh di area terbuka atau tidak strategis, sistem akan membiarkannya demi menghemat interceptor dan biaya operasional.

Pendekatan cerdas dan hemat ini menjadikan Iron Dome tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga efisien secara logistik dalam menghadapi ancaman rutin di kawasan tersebut.

Spesifikasi dan Kinerja

Setiap baterai Iron Dome terdiri dari radar EL/M‑2084, unit komando, dan tiga hingga empat peluncur—masing-masing menampung hingga 20 misil Tamir, satu baterai mampu melindungi area seluas 150 km² .

Roket interceptor Tamir memiliki kecepatan Mach 2.2 dan dilengkapi proximity fuze. Warhead peledaknya cukup untuk menghancurkan target dalam radius sekitar hitungan meter, memastikan fragmen menetralisir ancaman secara efektif.

Dibangun dengan gedung modular di atas kendaraan taktis, baterai Iron Dome dijuluki “mobile all‑weather system” sebab bisa merespons siang dan malam serta kondisi cuaca ekstrem seperti debu, kabut, atau hujan.

Kemampuan Salvo Intercept dan Integrasi Multilapis

Iron Dome mampu menembakkan beberapa interceptor dalam satu waktu untuk menangani beberapa ancaman simultan. This salvo interception ensures each incoming projectile could be addressed simultaneously—critical in sustained skirmishes.

Iron Dome beroperasi sebagai lapis pertama dalam sistem pertahanan berlapis Israel, didukung oleh David’s Sling untuk ancaman menengah dan Arrow (Arrow‑2/Arrow‑3) untuk serangan balistik jarak jauh .

Biaya dan Tantangan Operasional

Setiap peluncuran interceptor diperkirakan sekitar US$ 50.000 hingga 150.000, sedangkan harga satu baterai mencapai sekitar US$ 50 juta. Meskipun efektivitasnya sangat tinggi, biaya operasional tetap menjadi aspek yang serius untuk dipertimbangkan dalam penggunaan berkelanjutan.

Kelemahan dan Tekanan Eskalasi Terbaru

Dengan meningkatnya ancaman rudal hipersonik dari Iran dan peluru dari banyak arah, Iron Dome terkadang kewalahan. Insiden pada Operasi True Promise 3 menunjukkan beberapa interceptor mampu ditembus, menimbulkan keraguan terhadap keandalannya di bawah serangan masif.

KEYWORD :

Iron Dome Israel Iran Konflik Timur Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :