Kamis, 19/06/2025 00:10 WIB

Mengapa Persia Berganti Nama Menjadi Iran? Sejarah hingga Kontroversinya

Mengapa Persia berganti nama menjadi Iran? Simak penjelasan sejarah, politik, dan budaya di balik pergantian nama yang masih menimbulkan perdebatan
 
 

Ilustrasi Mengapa Persia Berganti Nama Menjadi Iran? Sejarah hingga Kontroversinya (Foto: Profarsi)

Jakarta, Jurnas.com - Tahukah Anda bahwa negara yang kini kita kenal sebagai Iran dulunya bernama Persia? Pergantian nama ini secara resmi diumumkan pada tahun 1935 oleh Reza Shah Pahlavi, namun hingga kini masih memicu perdebatan—terutama soal identitas budaya, persepsi global, dan pengaruh geopolitik.

Dikutip dari berbagai sumber, nama Persia berasal dari “Parsa,” sebuah wilayah di barat daya Iran yang menjadi pusat Kekaisaran Achaemenid di bawah kepemimpinan Cyrus Agung pada abad ke-6 SM. Nama ini kemudian diperkenalkan ke dunia oleh sejarawan Yunani, dan sejak itu menjadi istilah umum yang dipakai bangsa-bangsa Barat untuk menyebut seluruh wilayah Iran.

Namun, masyarakat di wilayah tersebut sejak lama menyebut tanah air mereka sebagai Iran, yang bermakna “tanah bangsa Arya” dalam bahasa kuno Avesta.

Iran”: Nama Asli dari Negeri Bangsa Arya

Secara etimologis, Iran berasal dari kata “Aryānām,” yang berarti “tanah bangsa Arya.” Nama ini tercatat dalam naskah-naskah kuno, termasuk kitab-kitab Zoroastrianisme, sebagai penanda identitas kultural dan linguistik masyarakat Indo-Iran. Jadi, meskipun dunia luar menyebutnya Persia, nama Iran sejatinya telah digunakan oleh penduduknya sendiri selama lebih dari dua milenium.

Tahun 1935, Reza Shah dan Dekrit "Iran"

Langkah perubahan nama secara resmi diambil oleh Reza Shah Pahlavi pada 21 Maret 1935—bertepatan dengan perayaan Nowruz, Tahun Baru Persia. Melalui surat edaran diplomatik, Reza Shah meminta agar negara-negara asing menggunakan nama Iran dalam komunikasi resmi, menggantikan istilah Persia.

Langkah ini bukan sekadar simbolis. Menurutnya ini merupakan bagian dari proyek besar Reza Shah untuk membangun kembali identitas nasional, menjauhkan Iran dari bayang-bayang kolonialisme, serta mengarahkan negaranya menuju modernisasi. Hubungan yang kian erat antara Iran dan Jerman Nazi saat itu juga diyakini menjadi salah satu pertimbangan politik di balik perubahan nama tersebut.

Antara Iran dan Irak: Masalah Persepsi di Dunia Barat

Setelah perubahan nama, tak sedikit kalangan—baik di dalam maupun luar negeri—menyuarakan keprihatinan. Nama Persia selama ini membawa konotasi positif di benak masyarakat Barat: seni, sastra, arsitektur, dan kekayaan budaya. Sebaliknya, nama Iran dianggap asing dan sulit dibedakan dari Irak, terutama dalam pengucapan bahasa Inggris.

Kebingungan ini semakin parah ketika ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat, membuat citra Iran di mata dunia dianggap semakin terdistorsi dan jauh dari makna historis yang sebenarnya.

“Farsi” vs “Persian”, Dilema Bahasa dan Identitas Budaya

Setelah nama negara berubah, istilah untuk bahasa resminya pun ikut terdampak. Banyak orang mulai menyebut bahasa Iran sebagai Farsi—istilah yang memang digunakan dalam bahasa lokal. Namun, para akademisi mengingatkan bahwa dalam konteks internasional, istilah yang tepat adalah Persian, sama seperti kita menyebut bahasa Jerman sebagai German, bukan Deutsch.

Penggunaan Farsi di dunia Barat dikhawatirkan mengaburkan warisan sastra dan budaya Persia yang telah dikenal luas selama berabad-abad.

Persia” Masih Hidup di Ranah Budaya

Meski secara politik dan administratif negara ini kini bernama Iran, kata Persia tetap digunakan dalam banyak konteks budaya dan sejarah: Karpet Persia, Teluk Persia, Sastra Persia, hingga Kucing Persia. Istilah-istilah ini memiliki daya tarik historis yang kuat, dan masih menjadi simbol kebesaran peradaban kuno yang pernah berjaya. (*)

Sumber: iranchamber.com, iransafar.co, farhorizons.com, tappersia.com, istoryhit.com, dan berbagai mber lainnya.

KEYWORD :

Iran Persia sejarah iran Farsi vs Persian Kekaisaran persia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :