
Ilustrasi ekstrak ganja (Foto: Pexels/Kindelmedia)
Jakarta, Jurnas.com - Nyamuk terus memegang gelar sebagai hewan paling mematikan di dunia, dengan lebih dari satu juta kematian setiap tahun akibat penyakit yang mereka tularkan. Sementara efektivitas insektisida kimiawi menurun akibat resistensi dan dampak lingkungan, para peneliti kini menemukan alternatif menjanjikan—dari tanaman ganja, khususnya senyawa cannabidiol (CBD).
CBD dari Ganja Tewaskan Larva Nyamuk, Termasuk yang Kebal Insektisida
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Insects oleh tim dari Ohio State University menemukan bahwa ekstrak daun ganja biasa (Cannabis sativa), khususnya CBD, dapat membunuh larva nyamuk demam kuning secara efektif—bahkan pada strain yang sudah kebal terhadap insektisida umum.
Dalam percobaan, larva dari dua jenis nyamuk—yang resisten dan yang tidak—dimasukkan ke dalam air yang dicampur ekstrak daun ganja. Hasilnya, dalam waktu 48 jam, seluruh larva mati.
“Nyamuk adalah salah satu hewan paling mematikan karena mereka menjadi vektor berbagai penyakit,” kata peneliti utama, Erick Martinez Rodriguez.
Menembus Pertahanan Alami Nyamuk
Penelitian ini mencatat dua temuan penting. Pertama, tingkat kematian total: semua larva yang terpapar ekstrak CBD tewas dalam dua hari, tanpa pengecualian. Kedua, efektivitas CBD dalam menembus mekanisme pertahanan yang biasanya membuat larva kebal terhadap insektisida.
Meski jumlah CBD yang dibutuhkan relatif besar dibandingkan insektisida sintetis, jika dibandingkan dengan ekstrak alami lain, dosisnya tergolong rendah namun tetap mematikan.
Bagaimana CBD Membunuh Larva Nyamuk?
Uji kimia menunjukkan bahwa CBD adalah komponen utama dalam ekstrak ganja yang menyebabkan kematian larva. Senyawa terpen yang juga terkandung dalam ganja ternyata tidak memberikan efek berarti.
Larva dinyatakan mati ketika tidak lagi merespons rangsangan ringan—indikasi bahwa CBD menyerang sistem vital mereka. Karena serangga tidak memiliki reseptor endocannabinoid seperti manusia, efek ini kemungkinan besar berasal dari interaksi dengan saluran ion saraf atau enzim motorik.
CBD juga melewati mekanisme pertahanan biologis yang selama ini membuat nyamuk tahan terhadap pyrethroid.
Limbah Daun Ganja Jadi Larvisida Potensial
Ganja bukan tanaman langka. Di AS saja, sekitar 27.680 hektar ditanami pada 2023 dengan nilai produksi mencapai $291 juta. Bagian daun, yang biasanya dibuang setelah panen bunga dan biji, berpotensi menjadi bahan baku larvisida alami.
Jika dikembangkan menjadi produk seperti pelet larut air atau film pelindung, limbah daun ganja bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan populasi nyamuk secara luas, sekaligus memberikan nilai tambah bagi petani.
Ganja juga mudah tumbuh di berbagai iklim, cepat panen, dan tidak membutuhkan pestisida berat—cocok untuk produksi skala besar maupun kecil.
Tantangan: Efek Lingkungan dan Regulasi
Pertanyaan besar tetap ada: berapa lama CBD bertahan di air? Apakah aman untuk ekosistem seperti ikan kecil, katak, atau serangga air lainnya?
Uji lapangan dan kajian ekologi masih dibutuhkan. Formulasi juga perlu disesuaikan agar efektif, aman, dan mudah digunakan di berbagai lingkungan.
Selain itu, perlu dipilih varietas ganja yang menghasilkan CBD tinggi dan sedikit senyawa tak diinginkan, demi menekan biaya dan mengurangi risiko lingkungan.
Langkah Selanjutnya untuk CBD dan Pengendalian Nyamuk
Para ilmuwan berencana untuk menyempurnakan dosis, mengeksplorasi formulasi yang menempel di permukaan air, dan menyelidiki bagaimana CBD berinteraksi dengan tindakan pengendalian hayati lainnya seperti Bacillus thuringiensis israelensis . Menggabungkan cara kerja dapat memperlambat resistensi lebih jauh.
Tim juga akan memetakan jalur produksi – gambar ekstrak daun rami yang dikonsentrasikan di fasilitas regional, kemudian dikirim sebagai butiran yang tahan simpan ke distrik pengendalian nyamuk .Sementara itu, para pembuat kebijakan membutuhkan pedoman yang jelas. Menyetujui larvasida botani berarti menyeimbangkan ancaman penyakit yang mendesak dengan tujuan konservasi. Pemantauan yang transparan dan keterlibatan masyarakat akan membantu menjaga kepercayaan publik.Senjata Lain dalam Perang Melawan nyamuk
CBD yang berasal dari rami tidak akan secara langsung mengakhiri malaria, demam berdarah, atau Zika. Namun, penemuan bahwa senyawa kesehatan yang sudah dikenal juga berfungsi sebagai pembunuh larva memperluas petunjuk.
Dengan menyatukan pertanian, kimia, dan entomologi, para peneliti telah membuka jalan praktis menuju pengendalian nyamuk yang lebih aman.
Jika pengujian berskala besar mengonfirmasi harapan yang terlihat di laboratorium, daun rami yang sederhana itu akan segera dapat melindungi tempat mandi burung di halaman belakang, parit drainase, dan sawah yang tak terhitung jumlahnya – hanya dengan secangkir air saja.
Dengan demikian, CBD dari ganja bukan solusi tunggal untuk memberantas penyakit seperti malaria atau demam berdarah. Namun temuan ini membuka peluang besar untuk pendekatan baru yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berbasis limbah pertanian.
Jika hasil di laboratorium terbukti di lapangan, daun ganja bisa menjadi senjata penting untuk memberantas jentik nyamuk—mulai dari kolam kecil di halaman rumah hingga sawah dan kanal di negara tropis.
Penelitian lengkap tersedia di jurnal Insects. Sumber: earth.com
KEYWORD :CBD pembasmi nyamuk Ekstrak ganja Pembasmi nyamuk Insektisida alami