Rabu, 18/06/2025 02:52 WIB

10 Filsuf Iran Paling Berpengaruh, dari Al-Ghazali hingga Mulla Sadra

Menurut database Pantheon, yang menganalisis 1.267 filsuf berdasarkan Historical Popularity Index (HPI), Iran merupakan tempat kelahiran 18 dari 1.267 filsuf dunia. 

Ilustrasi - Mulla Sadra, Filsuf Iran (Foto Profarsi)

Jakarta, Jurnas.com - Iran tercatat sebagai salah satu pusat kelahiran filsafat terbesar dunia. Dari jalur spiritual Sufi hingga logika kosmologis, filsuf-filsuf kelahiran Iran telah menjadi pelopor pemikiran global, melintasi abad, mazhab, dan bahkan benua.

Menurut database Pantheon, yang menganalisis 1.267 filsuf berdasarkan Historical Popularity Index (HPI), Iran merupakan tempat kelahiran 18 dari 1.267 filsuf dunia. Ini menempatkan Iran di peringkat ke-14 secara global, tepat di bawah Rusia dan Mesir.

Berikut adalah 10 filsuf Iran paling terkenal sepanjang sejarah, berdasarkan HPI, yang dirangkum Pantheon:

1. Al-Ghazali (HPI: 84,91) 

Dikenal dengan nama Latin Algazelus, Al-Ghazali adalah ikon pemikiran Islam klasik. Karya monumentalnya Iḥyā` `ulūm ad-dīn merekonstruksi ilmu-ilmu keislaman, sementara kritiknya terhadap filsafat Yunani dalam Tahāfut al-Falāsifa mengguncang fondasi Aristotelianisme. Ia bukan sekadar filsuf—ia adalah mistikus, reformis, dan intelektual spiritual yang mengubah lanskap teologi Islam. Biografinya telah diterjemahkan ke dalam 121 bahasa, menjadikannya filsuf Iran paling terkenal sepanjang masa.

2. Al-Tabari (HPI: 77,67) 

Sejarawan, mufasir, dan ahli hukum, Al-Tabari menulis dua karya yang monumental: Tafsir al-Tabari dan Tarikh al-Tabari, yang masih menjadi rujukan utama studi sejarah dan Al-Quran. Ia pernah menciptakan mazhab yurisprudensinya sendiri, yang dikenal sebagai mazhab Jariri, sebelum akhirnya punah. Terjemahan karyanya tersedia dalam 60 bahasa, bukti relevansinya lintas zaman.

3. Bodhidharma (HPI: 77,07) 

Meskipun sosoknya dibalut kabut legenda, Bodhidharma dianggap sebagai pendiri Buddhisme Chan (Zen) di Tiongkok dan secara simbolik diasosiasikan sebagai pencetus seni bela diri Shaolin. Ia dideskripsikan sebagai “orang Persia Asia Tengah” dalam catatan Tiongkok kuno. Figur filsuf Iran yang melintasi batas agama dan budaya Timur.

4. Bayazid Bastami (HPI: 71,81) 

Pendobrak spiritualitas Islam ortodoks, Bayazid dikenal karena ekspresi mistiknya yang berani dan pengalamannya tentang fanā’ (pelenyapan ego dalam Tuhan). Meski tak meninggalkan karya tulis, pengaruhnya mengakar kuat dalam tradisi tasawuf dan masih hidup dalam silsilah tarekat-tarekat besar seperti Naqshbandi.

5. Miskawaih (HPI: 71,19) 

Tokoh etika dalam tradisi filsafat Islam, Miskawaih adalah penulis Tahdhīb al-Akhlāq, teks filsafat moral Islam pertama yang membahas penyempurnaan karakter secara rasional. Ia adalah jembatan antara pemikiran klasik Yunani dan etika Islam humanistik.

6. Fakhr al-Din al-Razi (HPI: 70,47) 

Lebih dari sekadar ahli tafsir, al-Razi mengemukakan gagasan ruang tak terbatas dan kemungkinan multiverse jauh sebelum wacana sains modern mengangkatnya. Karyanya menggabungkan logika induktif dengan spiritualitas, dan mendahului banyak pemikiran kosmologi kontemporer.

7. Mazdak (HPI: 70,08) 

Mazdak adalah filsuf dan reformator yang menganjurkan redistribusi kekayaan dan kesejahteraan sosial pada era Kekaisaran Sassania. Ia menjadi cikal bakal pemikiran proto-sosialis di Iran kuno. Gerakannya memengaruhi politik dan agama jauh setelah kematiannya yang kontroversial.

8. Shahab al-Din Suhrawardi (HPI: 68,54) 

Pendiri filsafat Illuminationism (al-Ishrāq), Suhrawardi menyintesis kebijaksanaan Persia kuno dengan sufisme dan filsafat Plato. Ia dihukum mati karena dianggap menyimpang, namun pemikirannya justru menjadi pilar metafisika Islam pasca-klasik.

9. Haji Bektash Veli (HPI: 68,31) 

Seorang sufi humanis dari Khorasan, Bektash membentuk mazhab spiritual yang menekankan rasionalisme, egalitarianisme, dan cinta universal, masih hidup hingga kini dalam tradisi Alevi dan Bektashi di Anatolia dan Balkan.

10. Mulla Sadra (HPI: 67,29) 

Filsuf Syiah abad ke-17 ini adalah tokoh utama dalam penggabungan logika, mistisisme, dan teologi menjadi sebuah sistem filsafat yang disebut al-hikmah al-muta‘āliyah. Ia merevolusi filsafat Islam dengan menekankan eksistensi di atas esensi, sebuah paradigma yang mendahului eksistensialisme modern.

Filsuf Iran Kontemporer: Masih Hidup

Menariknya, dari 18 filsuf Iran dalam daftar Pantheon, tiga di antaranya masih hidup, termasuk: Hossein Nasr – pakar filsafat Islam dan ekologi spiritual modern, dikenal di kalangan akademik Barat.

Kemudian, Abdolkarim Soroush – pemikir reformis Syiah yang memperjuangkan pluralisme dan kebebasan berpikir. Serta Taraneh Javanbakht – filsuf kontemporer yang aktif menulis tentang etika, feminisme, dan filsafat eksistensial. (*)

KEYWORD :

Filsuf Iran Al-Ghazali Mulla Sadra Filsafat Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :