
Seminar Asean Dengue 2025 (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Kasus dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Hingga 16 Mei 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 56.269 kasus yang tersebar di 456 kabupaten/kota dengan kematian sebanyak 250 kasus di 123 kabupaten/kota.
Karena itu, bertepatan dengan Hari Dengue Asean, Indonesia mesti melakukan upaya pengendalian dengue yang meliputi pencegahan, penanggulangan, dan tata laksana guna menekan angka kejadian dan kematian akibat dengue.
"Target nol kematian akibat dengue pada 2030 adalah sebuah komitmen global yang telah ditetapkan oleh WHO dan diadopsi oleh Indonesia melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam pada Selasa (17/6).
"Untuk mencapainya, kita harus serius memperkuat upaya pencegahan terutama melalui pengandalian vemtor dan pemanfaatan metode yang inovatif seperti Wolbachia dan vaksinasi," dia menambahkan.
dr. Anggraini melanjutkan, dengue bukan penyakit yang bisa dianggap enteng. Apabila terinfeksi lebih dari satu kali, maka infeksi kedua berisiko lebih parah. Hal ini disebabkan virus dengue terdiri dari empat serotipe.
"Jadi, riwayat pernah terjangkit virus dengue tidak membuat seseorang kebal terhadap virusnya. Oleh karena itu, di dalam Stranas Penanggulangan Dengue, pengendalian vektor menjadi salah satu fokus yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan-gerakan seperti 3M Plus dan 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J)," ujar dia.
Hal senada disampaikan dokter spesialis anak Dr. dr. Djatnika Setiabudi. Dia menyoroti sejarah penggunaan vaksin untuk pencegahan dengue yang telah berlangsung selama 200 tahun lalu.
Saat itu vaksin pertama kali dikembangkan untuk melindungi dari cacar pada 1796. Cacar kala itu merupakan penyakit yang memakan banyak korban jiwa dan menimbulkan dampak besar pada peradaban manusia.
"Walaupun vaksin tidak membuat seseorang kebal terhadap penyakit, tetapi vaksinasi dapat menurunkan tingkat keparahan apabila terjangkit. Seseorang yang telah divaksinasi tidak hanya melindungi dirinya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, vaksinasi dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit," kata Djatnika.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht mengatakan dampak dengue menyebabkan hilangnya produktivitas karena perawatan, baik bagi pasien maupun anggoota keluarga yang harus mendampingi.
Andreas menegaskan komitmen Takeda sebagai mitra jangka panjang bersama pemerintah, tenaga kesehatan, asosiasi medis, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat umum dalam mendukung tujuan bersama: nol kematian akibat dengue pada 2030.
"“Perjuangan ini membutuhkan aksi kolektif. Mari mulai dari tiga langkah penting: edukasi diri dan orang sekitar tentang pencegahan dengue, disiplin menjalankan 3M Plus, dan terbuka pada solusi pencegahan yang inovatif. Bersama, kita bisa melindungi lebih banyak nyawa dari ancaman virus dengue," ujar Andreas.
KEYWORD :Kematian Akibat Dengue Ikatan Dokter Anak Indonesia Virus Demam