
Wasit memberikan kartu merah (Foto: Unsplash/Alfonso Scarpa)
Jakarta, Jurnas.com - Sanksi kartu kuning maupun kartu merah dalam suatu pertandingan membawa dampak yang krusial bagi tim. Mendapatkan satu di antara keduanya tetap menjadi kerugian dan akan mempengaruhi para pemain secara psikologis.
Dalam sejarah panjang sepak bola, kehadiran dua kartu warna ini baru mulai diperkenalkan secara resmi pada 1970. Di balik kemunculannya terdapat ide brilian yang lahir bukan dari ruang rapat atau diskusi panjang, melainkan dari perjalanan seorang wasit pulang ke rumah.
Ken Aston, sosok penting dalam dunia perwasitan asal Inggris, menjadi penggagas sistem kartu setelah memimpin pertandingan panas antara Inggris dan Argentina di Piala Dunia 1966.
Saat itu, terjadi kekacauan karena komunikasi antara wasit dan pemain tak berjalan lancar akibat perbedaan bahasa dan tekanan atmosfer laga. Dalam perjalanan pulang, Aston memperhatikan lampu lalu lintas dan terbesit ide sederhana, yaitu kuning sebagai tanda peringatan dan merah sebagai perintah untuk berhenti.
Ide ini dia adaptasi ke dalam sepak bola sebagai sistem visual yang universal, menggantikan penjelasan lisan yang rawan disalahpahami. FIFA kemudian menyambut gagasan tersebut, dan pada Piala Dunia 1970 di Meksiko, kartu kuning dan merah digunakan secara resmi untuk pertama kalinya.
Mengapa Cedera ACL Ditakuti Pemain Sepak Bola?
Respons terhadap penggunaan kartu sangat positif karena memperjelas posisi wasit dalam mengambil keputusan, serta memberi sinyal yang tegas dan langsung kepada pemain dan penonton.
Meskipun demikian, perjalanan kartu tidak selalu mulus. Liga Premier, misalnya, sempat mencabut penggunaan kartu merah pada 1981 karena dianggap terlalu memancing kerusuhan dan gesekan.
Namun pada 1987, setelah banyak evaluasi dan desakan dari badan pengatur pertandingan, kartu merah kembali diberlakukan. Langkah ini terbukti mengembalikan kepercayaan terhadap otoritas wasit serta memperbaiki disiplin di lapangan.
Seiring waktu, sistem kartu berkembang mengikuti kemajuan teknologi. Di era modern, peran Video Assistant Referee (VAR) memperluas cakupan interpretasi kartu. Sebuah pelanggaran yang awalnya dinilai hanya layak untuk kartu kuning bisa berubah menjadi kartu merah setelah tayangan ulang dianalisis ulang oleh wasit.
Salah satu contoh nyata penggunaan sistem kartu dalam skala ekstrem terjadi pada laga Belanda melawan Argentina di Piala Dunia Qatar 2022. Pertandingan yang dikenal dengan sebutan `Battle of Lusail` mencatatkan total 18 kartu kuning dan satu kartu merah.
Kini, hampir tak ada pertandingan sepak bola tanpa kehadiran kartu kuning atau merah. Kehadirannya menjadi simbol keadilan, batas, dan peringatan yang dikenali di seluruh dunia, tak peduli bahasa atau budaya.
KEYWORD :Sejarah Kartu Kuning Fakta Unik Sepak Bola Ken Aston