
Ilustrasi Salman Al Farisi, Sahabat Nabi Muhammad SAW dari Persia Penggas Strategi Perang Khandaq (Foto: Arina)
Jakarta, Jurnas.com - Salman Al Farisi dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Persia, wilayah yang kini dikenal sebagai Iran. Namanya tidak hanya abadi dalam sejarah Islam karena ketakwaannya, tetapi juga karena kisah cintanya yang mendalam terhadap agama dan Rasulullah.
Dihimpun dari berbagai sumber, perjalanan Salman menuju Islam tidak singkat. Ia melewati fase panjang pencarian kebenaran, berpindah keyakinan, hingga akhirnya bertemu Rasulullah di Madinah dan menyatakan keislamannya dengan sepenuh hati.
Pertemuan itu menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Ia tak hanya menjadi sahabat dekat Rasulullah, tetapi juga sosok yang memberi kontribusi strategis dalam masa-masa kritis umat Islam.
Salah satu momen paling dikenang ialah ketika umat Islam menghadapi Perang Khandaq. Madinah saat itu berada dalam ancaman besar dari pasukan koalisi Quraisy dan sekutunya.
Dalam kondisi genting itu, Salman menyampaikan ide atau gagasan untuk menggali parit sebagai bentuk pertahanan. Gagasan ini berasal dari pengetahuan militernya di Persia yang belum dikenal di wilayah Arab.
Meski sempat diragukan, Rasulullah langsung menyetujui usulan tersebut. Tindakan ini menunjukkan kepercayaan tinggi Nabi terhadap kecerdikan dan niat tulus Salman.
Hasilnya, parit itu berhasil mencegah serangan musuh dan menyelamatkan Madinah dari kehancuran. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa cinta Salman kepada Islam tidak sebatas kata-kata, melainkan tindakan yang penuh keberanian.
Lebih dari itu, Salman ikut menggali parit bersama para sahabat, menunjukkan kesetaraan dalam perjuangan. Ia tidak hanya berpikir strategis, tetapi juga turun langsung ke medan kerja.
Kecintaannya kepada Rasulullah tercermin dari sikapnya yang rendah hati dan loyal. Bahkan Rasulullah pernah menyebutnya sebagai bagian dari Ahlul Bait, sebuah pengakuan spiritual yang luar biasa.
Setelah wafatnya Nabi, Salman tetap menjadi sosok yang konsisten dalam dakwah dan pengabdian. Ia dipercaya oleh para khalifah untuk memimpin wilayah strategis dan menyebarkan Islam dengan akhlak serta ilmu.
Kepemimpinannya dikenal adil, sederhana, dan dekat dengan rakyat. Ia menolak kemewahan, memilih hidup seperti orang biasa, meskipun punya jabatan tinggi.
Dedikasinya tidak pernah padam meski zaman terus berganti. Cintanya kepada agama justru semakin terlihat setelah Rasulullah wafat, melalui ketekunannya menjaga ajaran Islam.
Salman bukan hanya sahabat yang hidup dalam sejarah, tetapi teladan yang terus menginspirasi hingga hari ini. Kisahnya menunjukkan bahwa cinta sejati kepada Allah dan Rasul-Nya harus dibuktikan dengan pengorbanan, bukan hanya ungkapan.
Melalui perjuangan, kecerdasan, dan kesetiaan, Salman membuktikan bahwa cinta kepada agama merupakan bentuk keteguhan hidup yang tidak mengenal pamrih. Dari pencarian panjang hingga pengabdian terakhirnya, ia menorehkan jejak yang patut diteladani oleh siapa pun yang mengaku mencintai Islam. (*)
KEYWORD :Salman Al Farisi Sahabat Nabi Persia Iran Perang Khandaq