Minggu, 15/06/2025 09:21 WIB

Mengapa Black Box Pesawat Disebut `Kotak Hitam` Padahal Warnanya Oranye?

Black box atau kotak hitam merupakan perangkat penting dalam pesawat yang merekam data penerbangan dan suara di kokpit

Black box atau kotak hitam merupakan perangkat penting dalam pesawat yang merekam data penerbangan dan suara di kokpit (Foto: Tangkapan layar/Ist/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Black box atau kotak hitam merupakan perangkat penting dalam pesawat yang merekam data penerbangan dan suara di kokpit. Alat ini menjadi sumber utama atau benda yang paling dicari oleh tim investigasi untuk mengungkap penyebab insiden kecelakaan pesawat.

Dikutip dari berbagai sumber, black box terdiri dari dua bagian utama, Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR). CVR berfungsi merekam percakapan pilot, suara-suara di dalam kokpit, serta komunikasi dengan menara pengawas.

Sedangkan FDR mencatat berbagai data teknis penerbangan seperti kecepatan, ketinggian, arah, dan pergerakan kendali pesawat. Kedua data ini menjadi kunci utama dalam investigasi kecelakaan.

Meski berwarna oranye terang, mengapa alat ini disebut kotak hitam? Black box, secara fisik berwarna oranye terang, demikian dikutip Simple Fliying

Penyebutan “black box” berasal dari istilah teknis di dunia rekayasa pada abad ke-20. Istilah ini digunakan untuk menyebut sistem kompleks yang bekerja tersembunyi dan sulit dilihat langsung prosesnya.

Dalam penerbangan, black box merujuk pada alat yang merekam tanpa henti selama penerbangan, namun baru “berbicara” ketika kecelakaan terjadi. Fungsinya yang diam namun vital menjadikannya elemen penting dalam keselamatan udara.

Gagasan tentang perekam penerbangan ini pertama kali muncul dari David Warren, seorang ilmuwan di Aeronautical Research Laboratory (ARL), Melbourne, demikian dikutip Defence Science and Technology. Pada pertengahan 1950-an, ia terlibat dalam penyelidikan jatuhnya Comet, pesawat jet komersial pertama di dunia.

David menyadari bahwa akan sangat membantu jika ada rekaman suara atau data dari dalam kokpit sebelum kecelakaan. Ia lalu teringat pernah melihat perekam mini di sebuah pameran dagang, dan membayangkan alat serupa ditempatkan di setiap pesawat.

Namun seperti banyak inovasi baru, idenya sulit diterima—bahkan di negaranya sendiri. Setelah laporan teknisnya tak menarik perhatian, David memutuskan membangun sendiri prototipe perekam itu di waktu luangnya.

Alat yang ia ciptakan mampu merekam hingga empat jam suara di kokpit serta data dari instrumen penerbangan. Namun meskipun teknologinya revolusioner, respons dari otoritas Australia tetap dingin.

DIkutip dari laman Australian Government Department of Defence, perubahan baru terjadi pada 1958 saat Sir Robert Hardingham, mantan perwira tinggi angkatan udara Inggris, berkunjung ke ARL. Saat itu, David mendemokan proyeknya secara informal, dan Sir Robert langsung melihat potensinya.

Tak lama kemudian, David diboyong ke Inggris untuk mendemonstrasikan black box di hadapan Kementerian Penerbangan Inggris. Responnya positif—bahkan disusul demonstrasi di Kanada yang juga mendapat sambutan baik.

Sebaliknya, Amerika Serikat menolak undangan untuk menyaksikan demonstrasi dari Kedutaan Besar Australia. Sementara itu, negara-negara lain mulai mengembangkan teknologi serupa dan mengejar pasar yang terus tumbuh.

Australia baru benar-benar mendukung teknologi ini setelah kecelakaan pesawat Fokker Friendship di Mackay, Queensland, pada 1960. Hasil penyelidikan menyarankan agar semua pesawat komersial wajib memasang perekam penerbangan.

Sejak saat itu, Australia menjadi negara pertama di dunia yang mewajibkan rekaman suara kokpit dalam semua pesawat penumpang. Inovasi David Warren akhirnya diakui secara global sebagai standar keselamatan penerbangan.

Namun ironisnya, walau diciptakan di Australia, pengembangan dan pasar black box justru lebih dahulu dikuasai oleh negara lain. Tetapi kontribusinya dalam penyelamatan nyawa tak bisa disangkal.

Warna oranye mencolok dipilih agar perangkat ini mudah ditemukan setelah kecelakaan, terutama di lokasi terpencil seperti dasar laut atau hutan lebat. Ini adalah bentuk kompromi antara fungsi teknis dan kebutuhan praktis.

Dengan material tahan panas, benturan, dan tekanan ekstrem, black box mampu bertahan di kondisi terburuk sekalipun. Bahkan, alat ini dilengkapi pemancar sinyal bawah air yang memudahkan pencarian hingga 30 hari pascakecelakaan.

Kini, meski namanya “black”, warnanya yang terang justru menyelamatkan. Dan dari laboratorium kecil di Melbourne, sebuah alat sederhana telah mengubah cara dunia belajar dari tragedi dan mencegahnya terulang kembali. (*)

KEYWORD :

Black box pesawat Warna black box pesawat Kotak hitam pesawat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :