
Stiker klub Inggris, Milwall, di fasilitas umum (Foto: Doknet/Twitter)
Jakarta, Jurnas.com - Bagi penggemar klub sepak bola, ada banyak cara positif untuk mengekspresikan kecintaan. Mulai dari hadir di setiap pertandingan, menyiapkan koreografi, hingga membuat tifo paling keren di tribun penonton.
Di sisi lain, tak sedikit pula kecintaan ini ditampilkan dalam bentuk negatif. Satu di antaranya ialah aksi vandalisme menempelkan stiker di kandang lawan yang kerap meresahkan banyak orang.
Sekilas fenomena `meninggalkan jejak` ini dianggap sebagai bentuk loyalitas. Padahal, bagi banyak pihak, aksi ini menganggu hingg merusak fasilitas publik.
Stiker-stiker ini biasanya menampilkan logo klub, nama kelompok ultras, slogan provokatif, hingga simbol identitas kedaerahan. Tempat favoritnya pun beragam, mulai dari tembok stadion, halte bus, toilet umum, hingga rambu lalu lintas di sekitar kota.
Fenomena ini marak di berbagai negara Eropa. Di Jerman, misalnya, kelompok suporter klub-klub seperti St. Pauli, Dynamo Dresden, atau Hertha Berlin kerap meninggalkan jejak visual di kota-kota lawan. Bahkan beberapa ultras menganggap stiker sebagai tanda dominasi wilayah.
Sementara di Italia, fans Napoli dan Roma sering terlihat menempelkan stiker di markas rival, lengkap dengan pesan sindiran atau simbol keras.
Tak berhenti di situ, suporter Inggris juga punya cerita serupa. Fans Leeds, Millwall, dan bahkan Celtic dari Skotlandia pernah menuai kontroversi karena isi stiker mereka dianggap berbau provokasi dan bahkan politik.
Dalam beberapa kasus, kontennya menyulut kemarahan warga lokal yang tidak paham konteks rivalitas sepak bola.
Beberapa kota dan klub kini mulai melakukan perlawanan halus. Ada yang menyediakan zona stiker legal, ada pula yang secara rutin membersihkan lokasi-lokasi publik setelah laga tandang berakhir. Fans lokal juga sering membalas dengan mencabut atau menimpa stiker lawan dengan milik mereka sendiri.
KEYWORD :Aksi Vandalisme Stiker Klub Fakta Unik Sepak Bola