
Jemaah haji Indonesia. Foto: API/jurnas.com
Jakarta, Jurnas.com - Kepulangan jemaah haji asal Indonesia mulai berlangsung sejak Rabu (11/6/2025), menandai akhir dari perjalanan spiritual yang mengharukan selama kurang lebih 40 hari di Tanah Suci. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, momen ini bukan sekadar reuni keluarga—melainkan sebuah perayaan penuh makna yang sarat dengan simbol keagamaan, tradisi lokal, dan semangat kebersamaan.
Setiap tahunnya, kepulangan jemaah haji menjadi peristiwa yang sangat dinantikan keluarga, kerabat, dan masyarakat sekitar. Selain menjadi ungkapan rasa syukur atas selesainya rukun Islam kelima, tradisi penyambutan juga merefleksikan betapa besar nilai religius dan sosial dari ibadah haji dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tak heran, hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki cara khas dalam menyambut jemaah haji yang baru pulang. Tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari warisan budaya yang memperkuat rasa solidaritas dan penghormatan terhadap mereka yang berhasil menjalani ibadah agung ini.
Berikut sejumlah tradisi unik dari berbagai penjuru Nusantara dalam menyambut kepulangan jemaah haji, yang dihimpun dari berbagai sumber:
1. Betawi: Ratiban dan Larangan Keluar Rumah 40 Hari
Di kalangan masyarakat Betawi, menyambut jemaah haji dimulai dengan ratiban—pembacaan tahlil dan dzikir secara kolektif. Tradisi ini bisa berlangsung selama beberapa malam, terutama jika jemaah berasal dari keluarga yang aktif di komunitas keagamaan.
Menariknya, ada keyakinan lokal bahwa jemaah haji tidak diperbolehkan "keluar rumah untuk kongko-kongko" selama 40 hari sepulang haji. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap proses pemurnian spiritual yang baru saja dilalui. Gelar Pak Haji atau Bu Haji kemudian melekat sebagai bentuk penghormatan dan status sosial di komunitas Betawi.
2. Cirebon: Air Gentong, Simbol Berkah dan Kedermawanan
Di Cirebon, masyarakat menyambut kepulangan jemaah dengan membagikan air gentong gratis kepada siapa saja yang melintas di depan rumah jemaah. Tradisi ini bukan hanya bentuk sedekah, melainkan simbol keberkahan dan niat tulus untuk berbagi rezeki setelah menunaikan ibadah haji.
3. Madura: Arak-arakan Asajere dan Jamuan 40 Hari
Warga Madura mengenal asajere, sebuah arak-arakan kendaraan—baik mobil maupun motor—yang mengiringi kepulangan jemaah haji dari pelabuhan atau bandara hingga ke kampung halaman. Tradisi ini berlangsung selama 40 hari dan biasanya ditutup dengan jamuan makan besar menggunakan hidangan khas Madura.
4. NTB (Lombok Timur): Tahlilan dan Tasyakuran Keluarga
Di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, keluarga jemaah menggelar tahlilan dan tasyakuran, baik saat keberangkatan maupun saat kepulangan. Acara ini tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas keselamatan dan keberhasilan menunaikan ibadah haji.
5. Kalimantan Tengah: Walimatul Naqiah, Syukuran Komunal
Masyarakat Kalimantan Tengah menyambut jemaah dengan walimatul naqiah—sebuah acara syukuran komunal yang melibatkan doa bersama dan makan bersama. Tradisi ini berfungsi sebagai media silaturahmi antarwarga sekaligus sarana memperkuat nilai-nilai religius dan sosial di lingkungan sekitar.
6. Makassar: Mappatoppo Talili, "Wisuda" Spiritual
Warga Makassar menyambut kepulangan jemaah haji dengan Mappatoppo Talili, sebuah prosesi penyambutan simbolik. Jemaah pria akan diberikan songkok putih, sementara perempuan akan diberi kerudung baru. Acara dimulai dengan sujud syukur, pembacaan shalawat, lalu penempatan simbol oleh tokoh agama. Tradisi ini dianggap sebagai bentuk "wisuda" spiritual bagi jemaah haji.
7. Aceh: Peusijuek, Ritual Penuh Makna
Di Tanah Rencong, jemaah yang pulang wajib menjalani Peusijuek—sebuah ritual adat yang melibatkan taburan beras, wangi-wangian dari daun pulasari, serta pemberian uang sebagai bentuk doa dan keberkahan. Peusijuek mencerminkan perpaduan nilai Islam dan kearifan lokal dalam satu momen sakral.
Itulah sejumlah tradisi unik dalam menyambut kepulangan jemaah haji di Indonesia. Jadi, tradisi penyambutan ini tidak hanya menandai akhir dari perjalanan fisik, tetapi juga membuka babak baru dalam perjalanan spiritual jemaah haji. Gelar kehormatan, doa bersama, serta berbagai simbol budaya menjadi bukti betapa pentingnya haji dalam konstruksi sosial dan spiritual masyarakat Indonesia.
Lebih dari sekadar tradisi, penyambutan jemaah haji adalah manifestasi rasa syukur kolektif, bentuk solidaritas sosial, dan perwujudan harapan bahwa sang jemaah kembali sebagai insan yang lebih baik, lebih taat, dan membawa keberkahan bagi sekelilingnya. (*)
KEYWORD :Tradisi Unik Penyambutan Jemaah Haji Pemulangan Jemaah Haji