
Masjid Raya Aceh - Ilustrasi Kenapa Disebut Aceh? Inil Asal Usul, Makna hingga Mitosnya (Foto: Pemprov Aceh)
Jakarta, Jurnas.com - Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah dan kedudukan istimewa. Terletak di bagian paling barat Pulau Sumatera yang berada pada titik koordinat 2°–6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan, wilayah ini dikenal sebagai tempat awal masuknya Islam di tanah Melayu dan mendapat julukan Serambi Mekkah.
Namun, sedikit yang benar-benar tahu bagaimana nama "Aceh" muncul dan berkembang. Asal-usulnya ternyata menyimpan banyak versi, mulai dari catatan sejarah asing hingga mitos yang diwariskan secara lisan oleh masyarakat setempat.
Dalam catatan sejarah, Aceh sejak abad pertama Masehi sudah menjadi persinggahan penting pelaut dan saudagar internasional. Dikutip dari laman Acehinfo, Haji Muhammad Said dalam bukunya menyebut interaksi antara bangsa Arab, Persia, India, dan Tiongkok membentuk kemajemukan wajah Aceh sejak dini.
Menurut pendapat Thomas Braddel yang dikutip Said, bangsa Eropa zaman Yunani membeli rempah dari Iskandariyah, Mesir, yang sejatinya berasal dari pelabuhan di Aceh. Hal ini mengindikasikan bahwa Aceh telah menjadi simpul perdagangan dunia bahkan sebelum era Kesultanan.
Dikutip dari berbagai summber, nama Aceh sendiri tidak langsung muncul dalam bentuk yang kita kenal sekarang, melainkan melalui sejumlah penyebutan berbeda. Sumber Tiongkok menyebutnya Lan Li atau Nam Poli, sementara orang Arab menyebut Asji dan bangsa Eropa menyebutnya Atcheen, Achim, hingga Atjeh.
Penyebutan itu bergeser seiring percampuran budaya dan perubahan politik yang terjadi di kawasan ini. Namun di balik semua variasi itu, masyarakat lokal juga menyimpan cerita tentang bagaimana nama "Aceh" lahir dari kejadian sehari-hari atau fenomena alam.
Salah satu cerita paling populer datang dari pelaut Gujarat yang tiba di Aceh dan berteduh di bawah pohon rindang saat hujan. Mereka memuji keindahan pohon itu dengan seruan "Aca, aca, aca", yang berarti indah, lalu kata itulah diyakini berubah menjadi Aceh.
Versi lain menyebut asal nama ini dari ucapan "ka ceh", yang berarti telah lahir, ketika seorang istri raja melahirkan bayi yang ditunggu-tunggu. Ucapan spontan masyarakat saat itu dianggap menjadi cikal bakal nama daerah mereka.
Ada pula kisah tentang bayi misterius yang ditemukan dua bersaudara di sungai dan menimbulkan keheranan karena lahir dari kakak, padahal adiknya yang hamil. Dari kejadian itu muncul ungkapan “a nyang ceh” yang kemudian dianggap sebagai akar kata Aceh.
Sementara itu, legenda lain menyebutkan seorang Budha dalam perjalanannya ke Indochina menyaksikan cahaya indah di langit Aceh dan berkata “Acchera Vaata Bho” yang berarti alangkah indahnya. Ungkapan ini dianggap sebagai sumber kata Aceh versi luar budaya lokal.
Tidak hanya berasal dari kisah atau ucapan, nama Aceh juga diyakini berkaitan dengan karakter masyarakatnya. Ada yang meyakini kata ini berasal dari gabungan “a” (tidak) dan “ceh” (pecah), yang menggambarkan sifat keras dan tidak mudah dikalahkan.
Beberapa sejarawan juga mengaitkan nama Aceh dengan keberadaan suku Mante atau Mantir, salah satu kelompok manusia purba yang mendiami hutan-hutan Aceh ribuan tahun lalu. Mereka diyakini bagian dari rumpun Melayu tua yang berasal dari wilayah Perak dan Pahang.
HM Zainuddin dalam bukunya menyebut bahwa sebelum dikenal dengan nama Aceh, wilayah ini pernah dinamai Rami atau Ramni, dan orang Melayu menyebutnya Lam Bri. Nama-nama ini diduga berasal dari pengaruh kawasan Ramana atau Arakan di Myanmar.
Setelah kedatangan bangsa Portugis dan kolonial Eropa lainnya, sebutan Aceh semakin bervariasi, namun bentuk dan bunyi “Acheh” atau “Achem” mulai mengerucut sebagai bentuk yang paling sering digunakan. Dalam dokumen Belanda dan Inggris, ejaan ini juga ditemukan beragam.
Meski begitu, dalam masyarakat Aceh sendiri, cerita rakyat tetap menjadi salah satu sumber utama penyebutan nama ini. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah Aceh tidak hanya dibentuk oleh kekuatan luar, tapi juga oleh narasi yang hidup dari generasi ke generasi.
Dari seruan pelaut Gujarat, gumaman seorang Budha, legenda kelahiran misterius, hingga catatan pelaut asing, semuanya menjadi bagian dari mosaik besar asal-usul nama Aceh. Tak ada satu jawaban tunggal, karena semua kisah ini mewakili wajah sejarah Aceh yang kaya dan kompleks.
Hari ini, nama Aceh bukan sekadar identitas geografis, melainkan simbol dari perjalanan panjang peradaban yang tumbuh dari interaksi budaya, kepercayaan, dan kekuatan lokal. Nama ini menjadi warisan yang terus hidup dalam setiap jejak sejarah dan budaya masyarakatnya. (*)
KEYWORD :Provinsi Aceh Sejarah Aceh Mitos Aceh Pulau Sumatera