Sabtu, 14/06/2025 10:51 WIB

Kemdiktisaintek Gandeng DMSI Kembangkan Teknologi Pengolahan Sawit

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggandeng Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), guna mendorong pengembangan riset, teknologi, dan hilirisasi industri sawit nasional.

Mendiktisaintek, Brian Yuliarto dalam pertemuan dengan DMSI (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggandeng Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), guna mendorong pengembangan riset, teknologi, dan hilirisasi industri sawit nasional.

Mendiktisaintek, Brian Yuliarto, dalam pertemuan yang berlangsung pada Kamis (12/6) kemarin mengatakan sawit merupakan produk strategis. Sayangnya, hingga kini hilirisasi belum dikawal sampai tuntas.

"Ini kita jadikan pilot, dan kita kawal sampai betul-betul jadi," kata Menteri Brian dalam siaran persnya.

Pertemuan ini mengusung agenda pentingnya pengembangan teknologi pengolahan sawit rendah emisi, peningkatan nilai tambah produk turunan, dan model bisnis inklusif berbasis petani dengan melibatkan jajaran peneliti, pelaku industri, dan akademisi untuk memperkuat sinergi riset berbasis solusi nyata di lapangan.

Riset terbaru dalam bidang ini yang telah berdampak, antara lain berhasil menghadirkan teknologi pengolahan sawit tanpa air (dry process) dengan suhu rendah di bawah 80°C, berbeda dari proses konvensional yang menggunakan suhu 180–200°C dan menghasilkan limbah cair, serta gas rumah kaca.

Teknologi ini dikembangkan melalui kolaborasi antara ITB, MIPA UI, dan mitra industri seperti PT NCA dan Agro Investama. Hasilnya, produk seperti olein murni (RBMO) dan sterim telah berhasil diuji dan siap dikomersialisasikan, dengan kandungan kontaminan 3-MCPD yang sangat rendah, sesuai standar internasional.

Lebih lanjut, riset ini akan difokuskan pada pengembangan mini plant di kebun petani swadaya. Teknologi ini dirancang hemat energi, tidak menghasilkan limbah cair, dan meningkatkan nilai ekonomi petani.

Model bisnis berbasis koperasi akan diterapkan, di mana pabrik dimiliki bersama oleh petani dan akan sepenuhnya dialihkan ke mereka dalam jangka waktu tertentu.

Dalam roadmap awal, ditargetkan pembangunan model pilot di atas 1 juta hektare kebun petani. Sebanyak 34,8 persen dari 6,88 juta hektare sawit rakyat diproyeksikan perlu diremajakan (replanting) untuk meningkatkan produktivitas dari 9,2 ton menjadi 21,3 ton per hektare.

Dari sisi ekonomi, proyek ini diperkirakan membutuhkan investasi sebesar Rp171 triliun untuk replanting dan pembangunan infrastruktur pengolahan. Dengan investasi ini, diharapkan dapat meningkatkan revenue industri sawit nasional dari Rp61,5 triliun menjadi Rp142,7 triliun per tahun pada 2029.

Dengan demikian, proyek ini dapat menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 16 juta jiwa petani dan keluarga. Selain itu, juga membuka potensi perdagangan karbon dengan nilai USD15 per ton, di saat China siap menyerap hingga 30 juta ton emisi karbon.

Selanjutnya, Mendiktisaintek menginstruksikan pembentukan tim khusus untuk menyusun roadmap implementasi, termasuk spesifikasi teknologi, dampak ekonomi, dan skema kolaborasi antara pemerintah, swasta, serta perguruan tinggi.

KEYWORD :

Kemdiktisaintek DMSI Dewan Minyak Sawit Indonesia Brian Yuliarto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :