
Ilustrasi sedang mengelus janin di perut (Foto: Pexels/Cottonbro studio)
Jakarta, Jurnas.com - Janin yang sedang tumbuh lebih rentan daripada yang kita duga. Sebuah studi yang dipublikasikan di The Lancet Planetary Health mengungkap bagaimana polusi udara dapat memengaruhi pembentukan otak bayi bahkan sebelum mereka lahir.
Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan polutan umum di kota – seperti nitrogen dioksida (NO₂), partikel halus (PM2.5), dan karbon hitam – dapat mengubah struktur otak janin selama masa kehamilan.
Penelitian dilakukan oleh tim ilmuwan dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal), dengan dukungan dari “la Caixa” Foundation. Ini adalah studi pertama yang secara spesifik menilai perubahan otak janin akibat polusi udara selama kehamilan.
Paparan Polusi Udara pada Ibu Hamil
Sebanyak 754 pasangan ibu-janin yang tergabung dalam Barcelona Life Study Cohort (BiSC) dianalisis. Para peneliti menggunakan ultrasonografi resolusi tinggi dan teknik neurosonografi transvaginal pada trimester ketiga kehamilan, untuk memindai perubahan mikro dalam struktur otak janin.
Hasilnya mencengangkan: janin yang terpapar kadar polusi lebih tinggi menunjukkan perubahan pada bagian-bagian penting otak, termasuk pembesaran ventrikel lateral dan cisterna magna, rongga yang berisi cairan otak.
Selain itu, terdapat pembesaran cerebellar vermis, bagian otak yang berperan penting dalam keseimbangan dan koordinasi. Serta pendangkalan sulkus lateral, salah satu alur penting pada permukaan otak yang mengindikasikan tingkat pematangan otak.
Perubahan ini diamati secara konsisten, terutama pada trimester akhir – masa krusial bagi perkembangan sistem saraf pusat.
Trimester Akhir: Masa Kritis bagi Perkembangan Otak
Menurut peneliti utama, Dr. Payam Dadvand, masa pertengahan hingga akhir kehamilan adalah fase penting dalam pembentukan otak. "Ini adalah periode ketika otak janin sangat rentan terhadap faktor eksternal, termasuk polusi udara,” ujarnya.
Meski perubahan struktur otak masih dalam batas “normal” secara medis, para peneliti menekankan bahwa dampaknya bisa signifikan pada tingkat populasi. Artinya, jika banyak janin terpapar kondisi serupa, efek jangka panjang terhadap perkembangan otak bisa menjadi perhatian besar.
Polusi Bukan Masalah Personal, Tapi Sosial
Dr. Elisa Llurba dan Dr. Lola Gómez-Roig, yang juga terlibat dalam studi ini, mengingatkan bahwa bahkan kehamilan yang terlihat sehat tetap bisa terpengaruh oleh kualitas udara. “Kita butuh pendekatan baru dalam memantau kehamilan. Ukuran tradisional tidak cukup untuk menangkap dampak lingkungan seperti ini,” jelas mereka.
Dengan teknologi geolokasi dari ponsel peserta, peneliti dapat memetakan pergerakan ibu hamil dan menghubungkannya dengan tingkat polusi yang mereka alami di rumah, tempat kerja, dan perjalanan harian.
Perubahan Otak Akibat Polusi
Meskipun semua pengukuran tetap dalam kisaran normal, para peneliti menekankan implikasi yang lebih luas dari temuan tersebut.
"Intinya adalah bahwa perbedaan-perbedaan ini, meskipun kecil pada tingkat individu, memang relevan dari perspektif populasi, karena perbedaan-perbedaan ini memberi tahu kita tentang bagaimana polusi memengaruhi otak janin dan kerentanannya terhadap paparan lingkungan," kata Laura Gómez-Herrera, salah satu penulis utama studi tersebut.
Variasi ini mungkin tidak menimbulkan masalah medis langsung. Namun, variasi ini memberikan wawasan tentang pola perkembangan saraf jangka panjang yang perlu diperhatikan.
Implikasi untuk Kesehatan dan Kebijakan
Meskipun efek jangka panjang dari perubahan ini belum sepenuhnya dipahami, studi ini mendorong perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah perubahan otak bersifat sementara atau jangka panjang, hingga usia anak.
Penelitian ini juga mendorong revisi kebijakan lingkungan dan urbanisasi yang lebih ramah terhadap kelompok rentan, seperti ibu hamil. Serta menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat dan tenaga medis tentang risiko tersembunyi dari polusi udara.
"Pada tahap ini, kami hanya dapat melaporkan adanya perbedaan yang diamati pada otak janin yang terpapar polusi lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang terpapar lebih rendah," kata Jordi Sunyer, penulis utama studi tersebut.
“Penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah efek ini dapat dipulihkan setelah lahir atau apakah efek ini terus berlanjut, dan apakah efek ini memiliki implikasi terhadap hasil perkembangan saraf di tahap selanjutnya,” ujarnya menambahkan.Menurut Yu Zhao, salah satu penulis utama dan peneliti ISGlobal, temuan tersebut memperkuat bukti yang mendukung perlunya mengurangi paparan polusi udara pada ibu hamil, khususnya di lingkungan perkotaan.Ibu hamil mungkin tidak memiliki kendali atas udara kota, tetapi penelitian ini mengajak masyarakat untuk bertanggung jawab. Udara bersih bukan sekadar masalah kesehatan. Ini adalah bagian dari upaya memberikan awal yang lebih aman bagi setiap anak. (*)Sumber: earth.com
KEYWORD :Polusi udara janin Dampak polusi kehamilan Perubahan otak janin