Jum'at, 13/06/2025 18:37 WIB

Pulau Panjang jadi Rebutan Aceh-Sumut, Begini Sejarah hingga Misterinya

Masyarakat menyebutnya Pulau Panjang karena terdapat sebuah makam tua yang panjangnya mencapai sembilan meter.

Terlihat tulisan atau ucapan selamat datang di area pantai Pulau Panjang (Foto: Serambinews)

Jakarta, Jurnas.com - Salah satu dari empat pulau yang tengah menjadi sorotan publik, berpolemik dan bersengketa antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara ialah Pulau Panjang. Meski kecil dan tak berpenghuni, pulau ini diyakini menyimpan jejak sejarah dan nilai spiritual yang membuatnya lebih dari sekadar titik koordinat di peta.

Pulau ini tidak berbentuk panjang sebagaimana namanya, justru lebih menyerupai empat persegi, bahkan ada yang menyebutnya berbentuk agak bulat. Namun, masyarakat menyebutnya Pulau Panjang karena terdapat sebuah makam tua yang panjangnya hampir mencapai sembilan meter.

Dikutip dari laman RRI, menurut Teuku Rusli Hasan, salah satu ahli waris yang mengklaim hubungan sejarah dengan pulau tersebut, makam itu dipercaya sebagai makam seorang waliyullah. Sosok yang dimakamkan diyakini memiliki keistimewaan, sehingga kerap diziarahi meskipun pulau ini jauh dari permukiman.

Keberadaan makam tersebut menunjukkan bahwa Pulau Panjang tidak hanya penting secara geografis, tetapi juga religius dan budaya. Bahkan, meskipun tidak ada yang menetap di pulau itu, makam tersebut tetap terpelihara rapi dan terawat.

Dikutip dari laman Acehtrend, fisik makam itu dikelilingi pagar batu rendah, nisan dibalut kain putih, dan sekelilingnya ditumbuhi semak belukar yang tampak alami. Ini menandakan makam tersebut bukan hanya dikenal, tetapi juga dihormati oleh banyak orang yang datang berziarah.

Cerita yang beredar menyebutkan bahwa makam tersebut mungkin berasal dari zaman ekspedisi ulama dari Timur Tengah pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Dalam kisah rakyat setempat, puluhan ulama berlayar menuju Nusantara namun kapal mereka karam di perairan Laut Gosong Telaga.

Beberapa di antara mereka diyakini dimakamkan di sekitar pantai Gosong Telaga Selatan dan satu di antaranya ada di Pulau Panjang. Hal ini mengaitkan kedua lokasi tersebut dalam satu alur sejarah yang diyakini masyarakat turun-temurun.

Namun, Pulau Panjang bukan hanya menyimpan jejak spiritual dan sejarah. Secara geografis, pulau ini dikelilingi laut biru jernih dengan gradasi warna toska hingga hijau zamrud yang menarik perhatian wisatawan.

Pantainya berpasir putih, dihiasi pohon kelapa dan hutan mangrove yang menjadi habitat berbagai flora dan fauna. Suasananya tropis dan alami, menjadikannya salah satu destinasi unggulan di sekitar daerah tersebut.

Dikutip dari laman Pemprov Aceh, disebutkan Pemerintah Aceh telah membangun infrastruktur wisata sejak beberapa tahun terakhir, termasuk dermaga, rumah singgah, mushalla, serta monumen dan tugu koordinat. Semua dibangun sejak 2012 hingga 2015 untuk menunjang aktivitas wisata dan ziarah.

Terlepas dari itu, apakah Pulau Panjang akan menjadi titik temu antara dua provinsi dalam semangat pelestarian sejarah dan pembangunan berkelanjutan? Atau justru menjadi medan sengketa berkepanjangan?

Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Pulau Panjang diyakini lebih dari sekadar hamparan pasir dan laut; ia merupakan saksi bisu dari pertemuan masa lalu dan masa depan. (*)

KEYWORD :

Pulau Panjang Provinsi Aceh Sumatera Utara Sejarah pulau panjang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :