Senin, 09/06/2025 19:33 WIB

VO2 Max, Kenapa Indikator Ini Penting bagi Pemain dan Pelatih?

Bagi pelatih, angka VO2 Max digunakan sebagai fondasi untuk menyusun strategi permainan, pola latihan, bahkan seleksi pemain utama.

Latihan treadmill salah satu cara mengetahui kapasitas VO2 Max (Foto: Nycustompt)

Jakarta, Jurnas.com - Di balik duel fisik dan kecerdikan taktik yang disaksikan penonton di lapangan, ada satu indikator penting yang menjadi penentu performa seorang pemain sepak bola, yaitu VO2 max.

Istilah ini terdengar teknis, tapi di dunia sport science, VO2 max bak kunci rahasia yang membuka potensi kebugaran seorang atlet. Dan bagi pelatih, angka VO2 Max digunakan sebagai fondasi untuk menyusun strategi permainan, pola latihan, bahkan seleksi pemain utama.

VO2 max atau volume oksigen maksimal mengukur seberapa banyak oksigen yang dapat digunakan tubuh seseorang selama aktivitas fisik intens. Semakin tinggi angka ini, semakin efisien sistem kardiovaskular dan paru-paru pemain dalam mengangkut oksigen ke otot.

Dalam sepak bola, olahraga yang membutuhkan perpaduan antara lari jarak jauh, sprint pendek, dan pergerakan konstan tanpa bola, VO2 max menjadi tolok ukur kebugaran aerobik yang tak bisa diabaikan.

Menurut jurnal British Journal of Sports Medicine, pemain elite Eropa rata-rata memiliki VO2 max antara 60–70 ml/kg/menit, dengan posisi gelandang bertahan dan fullback biasanya memiliki angka tertinggi.

Ini masuk akal, mengingat kedua posisi ni harus terus bergerak naik turun lapangan, menjadi motor pressing maupun distribusi bola.

Pelatih populer seperti Jürgen Klopp dan Pep Guardiola dikenal sangat memperhatikan aspek ini, karena gaya permainan keduanya sangat bergantung pada intensitas tinggi dan transisi cepat.

Namun, VO2 max bukan hanya milik pelatih elite. Di banyak akademi sepak bola dan klub semi-profesional, tes ini mulai digunakan secara rutin. Dari hasil tes VO2 max, pelatih bisa mengetahui siapa pemain yang siap bermain 90 menit non-stop, siapa yang cocok untuk pressing tanpa henti, atau siapa yang harus masuk program conditioning lebih intens.

Bahkan, dalam proses rehabilitasi cedera, VO2 max jadi acuan kapan pemain boleh kembali ke intensitas penuh.

Menariknya, data VO2 max juga bisa menjadi alat prediksi performa. Studi di Journal of Applied Physiology menyebutkan bahwa pemain dengan peningkatan VO2 max sebesar 10 persen dalam program pramusim cenderung mengalami peningkatan akselerasi, daya tahan lari, dan jumlah sprint per pertandingan.

Artinya, angka ini tak hanya merekam kondisi tubuh saat ini, tapi juga bisa digunakan untuk memantau progres dan merancang target fisik secara individual.

Bagi pemain, memahami VO2 max bisa menjadi motivasi tambahan. Banyak dari mereka kini melibatkan sport scientist pribadi atau menggunakan wearable tech seperti Polar dan VO2Master untuk memantau kondisi tubuh mereka secara real-time.

Bahkan pemain megabintang seperti Cristiano Ronaldo diketahui rutin melakukan evaluasi kapasitas aerobik sebagai bagian dari rutinitas kebugarannya, sehingga tak heran pemain Portugal ini masih sanggup tampil di level tertinggi di usia 40.

Di sisi lain, VO2 max cukup membantu pelatih dalam aspek non-teknis seperti rotasi pemain. Untuk jadwal kompetisi yang padat seperti Liga Champions atau turnamen internasional, mengetahui siapa yang punya kapasitas fisik optimal bisa mencegah overtraining, burnout, hingga risiko cedera.

Pelatih bisa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan rotasi atau pergantian pemain, karena semua berdasarkan data, bukan intuisi semata.

KEYWORD :

VO2 Max Latihan Klub Fakta Unik Sepak Bola




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :