
Ilustrasi - Puasa Ayyamul Bidh Juni 2025 Bertepatan dengan Hari Tasyrik, Ini Penjelasanya (Foto: Pexels/Zak Chapman)
Jakarta, Jurnas.com - Puasa Ayyamul Bidh dikenal sebagai salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ibadah ini dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah, ketika bulan sedang purnama dan malam tampak terang.
Keutamaan puasa ini semakin besar jika dilaksanakan di bulan-bulan haram seperti Dzulkaidah dan Dzulhijjah. Namun, pada Dzulhijjah 1446 H yang jatuh pada Juni 2025, pelaksanaannya bersinggungan langsung dengan Hari Tasyrik, yang menurut syariat atau beberapa dalil justru diharamkan untuk berpuasa.
Lantas, bagaimana menyikapi kondisi ini? Kapan waktu terbaik untuk menunaikan puasa Ayyamul Bidh di bulan suci Dzulhijjah 1446 H/Juni 2025? Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Hari Tasyrik sendiri adalah tiga hari setelah Iduladha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, di mana umat Islam dilarang untuk berpuasa. Larangan ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad ﷺ:
“Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan zikir kepada Allah.”
(HR. Muslim)
Penegasan tentang keharaman puasa di Hari Tasyrik juga disampaikan dalam berbagai literatur fiqih, termasuk oleh Imam Syafi’i dalam qaul jadid. Bahkan, Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in menegaskan bahwa puasa di hari-hari tersebut tidak sah kecuali bagi jamaah haji yang tidak mampu menyembelih hewan kurban.
Kementerian Agama RI telah menetapkan bahwa 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Maka, 13 Dzulhijjah bertepatan dengan Selasa, 10 Juni 2025; 14 Dzulhijjah jatuh pada Rabu, 11 Juni; dan 15 Dzulhijjah pada Kamis, 12 Juni.
Dengan melihat tanggal tersebut, maka jelas bahwa tanggal 13 Dzulhijjah tahun ini bertepatan dengan Hari Tasyrik terakhir. Karena itu, umat Islam hanya bisa menjalankan puasa Ayyamul Bidh pada tanggal 14 dan 15 Dzulhijjah, yakni pada 11 dan 12 Juni 2025.
Meskipun hanya dua hari, puasa ini tetap sangat dianjurkan karena memiliki nilai pahala yang besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Puasa tiga hari dalam setiap bulan itu seperti puasa sepanjang tahun.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perhitungan ini didasarkan pada konsep bahwa satu hari puasa bernilai seperti sepuluh hari. Maka, dua hari saja sudah setara dengan dua puluh hari pahala di sisi Allah.
Selain pahala spiritual, puasa Ayyamul Bidh juga membawa manfaat kesehatan yang tidak sedikit. Berpuasa secara rutin dapat membantu proses detoksifikasi tubuh dan meningkatkan metabolisme.
Dalam jangka panjang, puasa sunnah juga terbukti bermanfaat untuk kestabilan emosi dan peningkatan fokus. Maka tak heran jika puasa ini menjadi bagian dari wasiat Nabi Muhammad ﷺ kepada para sahabatnya.
“Kekasihku (Rasulullah ﷺ) mewasiatkan kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, melaksanakan shalat dhuha dua rakaat, dan shalat witir sebelum tidur.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menariknya, istilah “Ayyamul Bidh” sendiri memiliki dua makna yang saling melengkapi. Pertama, berdasarkan riwayat Ibnu Abbas, istilah ini dikaitkan dengan kisah Nabi Adam AS yang memulihkan warna kulitnya dengan berpuasa tiga hari setiap bulan.
Setelah melakukan puasa tersebut secara rutin, kulit Nabi Adam dikisahkan kembali cerah atau putih sepenuhnya. Inilah yang menjadi asal sebutan "Ayyamul Bidh" atau "hari-hari putih".
Makna kedua merujuk pada kondisi alam yang terjadi di pertengahan bulan Hijriyah. Pada malam tanggal 13 hingga 15, cahaya bulan purnama menyinari langit sehingga malam tampak terang seperti siang hari.
Untuk melaksanakan puasa Ayyamul Bidh, niat merupakan bagian penting yang tidak boleh diabaikan. Niat puasa ini sebaiknya dilafalkan sebelum fajar atau sebelum matahari tergelincir ke barat (zawal).
نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaytu shauma ayyâmil bîdh lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa Ayyamul Bidh (hari-hari putih), karena Allah Ta‘ala.
Dengan memperhatikan kondisi kalender Hijriyah dan syariat Islam, maka umat Muslim dapat tetap menjalankan puasa Ayyamul Bidh dengan tenang dan tepat. Dua hari yang tersedia di bulan ini tetap cukup untuk meraih limpahan pahala, ketenangan jiwa, serta manfaat kesehatan.
Meneladani sunnah Rasulullah ﷺ tidak harus menunggu momen sempurna. Bahkan dalam keterbatasan waktu seperti ini, amalan yang ikhlas tetap membawa keberkahan yang luar biasa. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Puasa Ayyamul Bidh Juni 2025 Bulan Dzulkaidah Amalan Dzulkaidah