
Ilustrasi - Ilmuwan Akhirnya Temukan Rahasia Mengapa Kucing Mengeong dan Mendengkur (Foto: Pexels/Helyin Bermúdez)
Jakarta, Jurnas.com - Apakah kucing mengeong karena manja, atau mendengkur karena bahagia? Pertanyaan klasik ini akhirnya mendapat jawaban ilmiah. Sebuah studi terbaru yang dipimpin peneliti dari Kyoto University, Jepang, berhasil mengungkap kaitan antara kebiasaan mendengkur kucing dan struktur genetik mereka—tepatnya pada gen reseptor androgen.
Penemuan ini membuka babak baru dalam memahami perilaku kucing domestik dan bisa menjadi terobosan dalam perawatan, adopsi, hingga pelestarian spesies kucing liar.
Gen Purring: Kucing dengan Gen Pendek Lebih Sering Mendengkur dan Mengeong
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS ONE, peneliti mempelajari lebih dari 260 kucing peliharaan dari berbagai penjuru Jepang. Fokus mereka adalah pada perbedaan panjang urutan DNA dalam gen reseptor androgen, dan bagaimana ini memengaruhi perilaku vokal kucing—terutama dengkuran (purring) dan meongan.
Hasilnya mencengangkan: kucing dengan versi pendek dari gen ini cenderung lebih sering mendengkur. Kucing jantan dengan gen pendek juga lebih vokal terhadap manusia, misalnya untuk meminta makanan atau perhatian.
Namun, pada kucing betina, gen pendek justru berkorelasi dengan tingkat agresivitas yang lebih tinggi terhadap orang asing. Ini menunjukkan bahwa satu wilayah genetik bisa memengaruhi komunikasi sosial pada satu jenis kelamin, dan mekanisme pertahanan pada jenis kelamin lain.
Kucing Ras vs Kucing Domestik: Siapa yang Lebih `Bersuara`?
Peneliti juga menemukan bahwa varian gen panjang lebih sering muncul pada kucing ras murni, seperti Persia atau Maine Coon, sedangkan gen pendek umum ditemukan pada kucing jalanan atau adopsi.
Fakta ini menyiratkan bahwa proses domestikasi, seleksi alam, dan seleksi buatan oleh manusia telah memengaruhi frekuensi gen yang terkait perilaku vokal. Mungkin saja, di masa lalu, manusia lebih suka kucing yang bersuara karena membantu komunikasi dalam rumah—dan gen itu diwariskan.
Mengapa Ini Penting? Dari Rumah ke Habitat Liar
Penelitian ini tidak hanya berguna bagi pemilik kucing rumahan, tetapi juga berdampak pada konservasi spesies kucing liar. Misalnya, dengan memahami genetik dasar perilaku vokal, program rehabilitasi kucing liar atau konservasi bisa merancang pendekatan yang lebih tepat—apakah kucing butuh interaksi manusia atau lingkungan yang tenang?
“Melalui penelitian kami, kami berharap dapat memperdalam pemahaman kami tentang kucing dan berkontribusi dalam membangun hubungan yang lebih bahagia antara kucing dan manusia," ujar penulis utama Yume Okamoto dari Kyoto University. Perspektif itu juga berlaku untuk kerabat kucing liar.
Ia juga mencatat bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi—dalam satu hari, mereka menerima partisipasi dari lebih dari 260 pemilik kucing.
Masa Depan: Tes Genetik untuk Memahami Kepribadian Kucing
Meskipun studi ini berfokus pada satu gen, para ahli percaya bahwa perilaku kucing adalah hasil interaksi kompleks dari banyak gen, hormon, dan lingkungan.
Gen lain seperti reseptor oksitosin (hormon cinta) dan vasopresin (terkait perilaku sosial) juga telah dikaitkan dengan bonding dan agresi pada kucing.
Dengan pendekatan sekuensing genom secara menyeluruh, ilmuwan suatu hari nanti bisa memetakan "peta kepribadian genetik" kucing—membantu pemilik memilih kucing yang cocok dengan gaya hidup mereka, atau mempersiapkan penanganan khusus untuk kucing dengan kecenderungan stres atau ketakutan. (*)
Sumber: erath.com
KEYWORD :Kenapa kucing mendengkur Arti suara kucing Genetik kucing Dengkuran kucing