Jum'at, 06/06/2025 20:42 WIB

Hari Nahr, Lebih dari Sekadar Hari Raya Kurban

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia memperingati hari besar yang disebut sebagai Hari Nahr, yang dalam Bahasa Arab disebut penyembelihan

Ilustrasi - seorang muslimah menjalankan sunnah Idul Adha dengan beribadah (Foto: Zeynep Sude/Pexels)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan Hari Nahr, yang bertepatan dengan pelaksanaan Idul Adha, hari raya kedua dalam Islam. Dalam bahasa Arab, kata "nahr" berarti penyembelihan, yang merujuk pada ibadah kurban sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT.

Hari Nahr memiliki kedudukan sangat mulia dalam ajaran Islam, bahkan disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Zad al-Ma`ad sebagai hari yang lebih utama dibandingkan hari Jumat.

Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan hari ini dalam hadis riwayat Abu Dawud, yang menyebutkan bahwa Hari Nahr adalah hari paling agung di sisi Allah.

Hari ini juga menjadi puncak dari ibadah haji, di mana jamaah haji melaksanakan beberapa rukun utama, seperti melempar jumrah Aqabah, menyembelih hewan kurban, tahallul (mencukur rambut), dan thawaf ifadah.

Oleh karena itu, Hari Nahr juga dikenal sebagai "Hari Haji Besar," yang disebutkan dalam Surah At-Taubah ayat 3.

Selain bagi jamaah haji, umat Islam di luar tanah suci juga dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya Ismail AS demi ketaatan kepada Allah.

Namun, bagi yang tidak mampu berkurban, Hari Nahr tetap bisa dimaknai dengan memperbanyak takbir, shalat Idul Adha, dan mempererat tali silaturahmi.

Hari-hari tasyriq (10–13 Dzulhijjah) adalah waktu yang penuh dengan peluang untuk meraih pahala, dengan berbagai amalan saleh yang dianjurkan oleh ulama. Ini merupakan ladang pahala yang sangat luas, bertepatan dengan keagungan waktu yang dimiliki.

KEYWORD :

Idul Adha Keutamaan 10 Dzulhijjah Hari Nahr




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :