Kamis, 05/06/2025 21:38 WIB

Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Dua Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah

Menjelang Idul Adha 1446 H, umat Islam disuguhkan dua momentum ibadah yang sangat istimewa: Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan Puasa Arafah (9 Dzulhijjah).

Ilusrasi - Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Jelang Idul Adha 1446 Hijriah, umat Islam di seluruh dunia memasuki fase penting dalam kalender ibadah, yakni 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Di antara hari-hari tersebut, dua di antaranya memiliki keutamaan luar biasa: puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah.

Kementerian Agama RI secara resmi menetapkan bahwa 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Dengan demikian, puasa Tarwiyah akan dilaksanakan pada Rabu, 4 Juni 2025, dan puasa Arafah pada Kamis, 5 Juni 2025. Puncak Idul Adha akan dirayakan pada Jumat, 6 Juni 2025.

Hari Tarwiyah merujuk pada waktu ketika jamaah haji mulai berangkat dari Mekkah menuju Mina untuk mempersiapkan diri menghadapi puncak ibadah haji. Sementara itu, hari Arafah adalah saat wukuf di Padang Arafah, salah satu rukun terpenting dalam haji.

Bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji, dua hari ini tetap bisa menjadi momen penuh keberkahan dengan berpuasa dan memperbanyak amal ibadah. Lantas bagaimana keutamaan puasa arwiyah dan puasa Arafah? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Puasa Tarwiyah memiliki nilai spiritual yang tinggi. Meski keabsahan hadisnya diperdebatkan, banyak ulama menganjurkan puasa ini karena termasuk dalam 10 hari pertama Dzulhijjah yang sangat dianjurkan untuk diisi dengan amal saleh.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pahala puasa Tarwiyah setara dengan puasa satu tahun penuh. Ini menjadikannya sebagai jembatan menuju puasa Arafah, yang keutamaannya lebih dikenal dan diakui.

Puasa Arafah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai amalan yang mampu menghapus dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Nabi SAW bersabda, “Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya.” Ini adalah kesempatan langka yang sangat disayangkan jika dilewatkan, terlebih hanya datang sekali dalam setahun.

Untuk melaksanakan puasa sunnah ini, niat tetap menjadi syarat utama. Niat dapat dilakukan sejak malam hari hingga sebelum tergelincir matahari, selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Bacaan niat puasa Tarwiyah adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta‘ala.

Sedangkan niat puasa Arafah berbunyi:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta‘ala.

Selain puasa, hari-hari awal Dzulhijjah adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan seperti takbir, dzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan memperbanyak doa. Dzulhijjah sendiri termasuk dalam empat bulan haram dalam Islam, di mana pahala dilipatgandakan dan dosa lebih berat timbangannya.

Menjalani puasa Tarwiyah dan Arafah tidak hanya memperkuat sisi spiritual, tetapi juga menjadi latihan pengendalian diri dan peningkatan kualitas iman. Dua hari ini adalah kesempatan emas bagi siapa saja yang ingin menjemput ampunan dan keberkahan menjelang hari raya kurban. Dengan niat yang tulus dan amal yang ikhlas, semoga Allah menerima setiap ibadah kita di bulan penuh keutamaan ini. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Puasa Tarwiyah Puasa Arafah Bulan Dzulhijjah Puasa Dzulhijjah Idul Adha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :