
Ilutrasi Uwais Al-Qarni, Pemuda Terkenal di Langit, Gendong Ibu Pergi Haji (Foto: Tebuireng Inititives)
Jakarta, Jurnas.com - Tak semua perjalanan suci ibadah haji dimulai dari kemudahan. Ada yang dimulai dari kemiskinan, kesunyian, dan cinta tulus seorang anak yang memikul ibunya menembus ribuan kilometer padang tandus menuju Tanah Suci untuk pergi haji. Dialah Uwais Al-Qarni. Ia bukan legenda, melainkan sosok nyata yang hidup dalam kesunyian namun namanya terkenal di langit.
Meski menderita penyakit sopak dan hidup dalam kemiskinan, Uwais tumbuh dengan jiwa mulia yang tak tergoyahkan oleh dunia. Ia berbakti kepada ibunya, seorang perempuan tua lumpuh yang menjadi pusat hidupnya.
Suatu hari, sang ibu menyatakan keinginan berhaji ke Tanah Suci, permintaan yang mustahil bagi seorang miskin tanpa harta dan kendaraan. Namun karena cinta dan baktinya terlalu dalam, Uwais tidak menganggapnya sebagai beban, melainkan sebagai misi suci.
Ia pun memulai latihan fisik dengan cara yang tak biasa, yakni menggendong seekor anak lembu naik turun bukit setiap hari. Metode ini dilakukannya selama delapan bulan, dan tanpa disadari, tubuhnya menguat seiring lembu itu tumbuh besar.
Ketika tiba musim haji, Uwais siap menjalankan tugas besar itu: menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah. Ia melangkah kaki demi kaki melewati gurun, medan tandus, dan cuaca ekstrem demi mewujudkan harapan ibunda tercinta.
Sesampainya di hadapan Ka’bah, sang ibu menangis penuh haru, menyaksikan pengorbanan luar biasa dari anaknya. Sementara itu Uwais hanya berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa ibuku,” tanpa menyebut dirinya sedikit pun.
Ketika sang ibu bertanya tentang doanya sendiri, Uwais menjawab bahwa jika ibunya masuk surga, itu sudah cukup baginya. Jawaban sederhana itu menggambarkan tingkat keikhlasan yang sulit dicari bandingannya.
Namun kisah Uwais tak berhenti di Mekkah, karena cintanya kepada ibunya juga menjadikannya dikenal oleh Rasulullah ﷺ. Meski tidak pernah bertemu Nabi secara langsung, namanya disebut dalam sabda beliau dengan penuh pujian.
Suatu ketika Uwais datang ke Madinah dengan harapan bisa berjumpa Rasulullah ﷺ, namun sayangnya Nabi sedang berada di medan perang. Karena ibunya berpesan agar tidak ditinggal lama, ia memilih kembali ke Yaman tanpa menunggu.
Sebelum pergi, Uwais menitipkan salam kepada Nabi melalui Aisyah r.a., istri Rasul. Mendengar itu, Rasulullah ﷺ berkata kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib agar jika mereka bertemu Uwais, hendaknya meminta doa darinya.
Tahun berlalu, hingga akhirnya Umar dan Ali benar-benar bertemu Uwais, dan mengenalinya dari tanda putih di telapak tangannya sebagaimana dijelaskan Nabi. Mereka berdua pun meminta doa dari pemuda yang disebut “penghuni langit” itu.
Ketika Uwais wafat, masyarakat Yaman dikejutkan oleh kejadian tak biasa: jenazahnya diurus oleh sekelompok orang asing yang tak dikenal. Mereka datang tiba-tiba, memandikan, mengafani, lalu menguburkannya dengan penuh kehormatan sebelum menghilang.
Barulah saat itu warga sekitar sadar bahwa Uwais bukanlah orang biasa, meski selama ini mereka hanya mengenalnya sebagai penggembala miskin. Sosok yang mereka anggap biasa ternyata dicintai oleh langit dan diiringi malaikat dalam kepergiannya.
Kisah Uwais Al-Qarni kemudian hidup lebih panjang dari usianya sendiri, menjadi teladan sepanjang masa dalam hal bakti kepada orang tua. Di setiap zaman, namanya kembali disebut saat ada anak yang menunjukkan cinta tulus kepada ibunya.
Di tengah dunia yang semakin sibuk dan individualistis, kisah ini adalah pengingat bahwa cinta sejati sering kali tak tercatat di sejarah besar, tapi abadi dalam catatan langit. Uwais menunjukkan bahwa jalan ke surga bisa jadi dimulai dari pundak yang rela memikul ibu dengan cinta yang tak bersyarat.
KEYWORD :Kisah Inspiratif Uwais Al-Qarni Pemuda Berbakti Gendong Ibu Ibadah Haji