Rabu, 04/06/2025 10:22 WIB

Keutamaan Bulan Dzulhijjah dan Amalannya yang Dianjurkan

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dalam kalender Hijriah yang memiliki keutamaan istimewa dalam Islam. Bulan ini termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT, bersama Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab.

Ilustrasi Bulan Dzulhijjah, bulan ke-12 dalam kalender Hijriah yang memiliki keutamaan istimewa dalam Islam (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dalam kalender Hijriah yang memiliki keutamaan istimewa dalam Islam. Bulan ini termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT, bersama Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab.

Keistimewaan Dzulhijjah telah ditegaskan dalam Alquran, tepatnya dalam surat At-Taubah ayat 36 yang menyatakan bahwa dari dua belas bulan yang ditetapkan Allah, empat di antaranya adalah bulan haram. Maka dalam bulan-bulan tersebut, termasuk Dzulhijjah, umat Islam dilarang menzalimi diri dan diperintahkan untuk memperbanyak amal saleh. Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa bulan-bulan haram memiliki keutamaan karena di dalamnya dosa dilipatgandakan, begitu pula pahala. Dengan demikian, Dzulhijjah menjadi waktu yang sangat ideal untuk melakukan evaluasi diri dan memperbanyak amal ibadah.

Rasulullah SAW juga memberikan penekanan khusus terhadap sepuluh hari pertama bulan ini. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, disebutkan bahwa tidak ada hari di mana amal saleh lebih dicintai Allah melebihi 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, `Tidak ada hari di mana amal saleh di dalamnya sangat dicintai Allah melebihi 10 hari pertama Dzulhijjah.` Para sahabat bertanya, `Apakah amal itu dapat membandingi pahala jihad fi sabilillah?` Rasulullah menjawab, `Bahkan amal pada 10 hari Dzulhijjah lebih baik dari pada jihad fi sabilillah, kecuali jihad seseorang yang mengorbankan dirinya, hartanya, dan ia tidak kembali membawa apa pun.`” (HR. Bukhari)

Sepuluh hari ini menjadi ladang amal yang luas bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di waktu inilah umat dianjurkan untuk melakukan serangkaian ibadah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, mulai dari puasa, dzikir, doa, hingga menyembelih hewan qurban.

Salah satu ibadah utama yang dianjurkan pada awal bulan Dzulhijjah adalah berpuasa. Umat Islam disunnahkan untuk berpuasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah, termasuk puasa Tarwiyah pada tanggal 8 dan puasa Arafah pada tanggal 9.

Puasa Arafah memiliki keutamaan luar biasa bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

Keutamaan lainnya adalah ibadah qurban yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, tepat saat Hari Raya Idul Adha. Ibadah ini merupakan bentuk ketundukan terhadap perintah Allah, meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kautsar ayat 2:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
Artinya: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.”

Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 36:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِ
Artinya: “Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak.

Ibadah qurban bukan hanya bentuk simbolis, melainkan perintah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kelapangan rezeki. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang memiliki kelapangan namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Dzulhijjah juga menjadi bulan disyariatkannya ibadah haji, rukun Islam kelima yang hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu. Allah SWT menyatakan dalam surat Al-Hajj ayat 27, “Dan berserulah kepada manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus dari segenap penjuru yang jauh.”

Selain puasa, kurban, dan haji, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak dzikir selama Dzulhijjah. Bacaan takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih sangat dianjurkan, terutama dari tanggal 1 hingga 13 Dzulhijjah, termasuk pada hari Tasyrik.

Amalan dzikir ini menjadi cara untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah. Di samping itu, doa dan istighfar di malam-malam Dzulhijjah pun dipercaya sebagai momen mustajab, terlebih menjelang Idul Adha.

Rasulullah SAW juga mengajarkan umatnya untuk memperbanyak amal kebaikan lainnya seperti membaca Al-Qur’an, memperbanyak salat sunnah, serta bersedekah. Sedekah di bulan ini memiliki nilai ganda karena dilakukan di waktu yang mulia.

Selain itu, ulama menyarankan untuk beramal jariyah sebagai bentuk pengorbanan sosial yang memberi manfaat jangka panjang. Ini adalah cara lain untuk menunjukkan kepedulian kepada sesama sekaligus membersihkan diri dari dosa.

Sebagai penutup tahun Hijriah, bulan Dzulhijjah juga menjadi waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah. Ini adalah kesempatan bagi setiap Muslim untuk mengevaluasi amal, memperbaiki diri, dan menyusun tekad baru sebelum memasuki tahun berikutnya.

Dengan segala keutamaannya, bulan Dzulhijjah adalah momentum yang seharusnya tidak disia-siakan. Umat Islam diajak memaksimalkan hari-hari ini sebagai bekal menuju kehidupan yang lebih berkah dan diridhai Allah SWT. (*)

KEYWORD :

Bulan Dzulhijjah Puasa Dzulhijjah Amalan Dzulhijjah Idul Adha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :