Selasa, 03/06/2025 12:42 WIB

Hari Peduli Terumbu Karang Sedunia 2025, Sejarah dan Makna di Baliknya

Setiap 1 Juni, dunia memperingati Hari Peduli Terumbu Karang Sedunia atau World Reef Awareness Day sebagai panggilan global untuk melindungi ekosistem laut yang semakin terancam. Di balik keindahannya, terumbu karang tengah berada di ambang kepunahan akibat ulah manusia.

Ilustrasi Hari Peduli Terumbu Karang (Foto: Biorock Indonesia)

Jakarata, Jurnas.com - Setiap 1 Juni, dunia memperingati Hari Peduli Terumbu Karang Sedunia atau World Reef Awareness Day sebagai panggilan global untuk melindungi ekosistem laut yang semakin terancam. Di balik keindahannya, terumbu karang tengah berada di ambang kepunahan akibat ulah manusia.

Dikutip dari berbagai sumber, meski tersembunyi di bawah permukaan laut, terumbu karang memainkan peran besar dalam menopang kehidupan di Bumi. Mereka menyediakan makanan, melindungi pesisir dari badai, menyerap karbon, dan menjadi rumah bagi jutaan spesies laut.

Hubungannya dengan manusia pun sangat erat karena lebih dari satu miliar orang menggantungkan hidup pada hasil laut dari ekosistem ini. Bahkan dalam dunia kesehatan, organisme karang menyimpan senyawa penting untuk obat kanker, Alzheimer, dan infeksi.

Namun, kekayaan ini tak lagi aman. Pemanasan global, pencemaran, dan aktivitas pariwisata yang tak ramah lingkungan terus menghancurkan terumbu karang secara perlahan tapi pasti.

Kenaikan suhu laut menyebabkan peristiwa pemutihan karang, di mana alga yang hidup di jaringan karang menghilang. Tanpa alga, karang kehilangan warna sekaligus sumber makanannya, hingga akhirnya mati.

Sejak 1980-an, peristiwa ini makin sering terjadi dan dampaknya meluas. Great Barrier Reef, misalnya, telah kehilangan lebih dari separuh karangnya sejak 1995 akibat kombinasi pemanasan global dan fenomena El Niño.

Selain itu, pencemaran bahan kimia seperti oxybenzone dari tabir surya, limbah plastik, dan overkapasitas wisatawan turut memperparah kondisi karang. Ketika karang rusak, maka mata rantai kehidupan laut ikut runtuh.

Jika rantai ini putus, kerugian tak hanya dialami makhluk laut, tetapi juga manusia. Pasokan ikan menurun, nelayan kehilangan mata pencaharian, dan ekosistem pesisir menjadi lebih rentan terhadap abrasi dan badai.

Padahal, secara geologis, karang adalah makhluk tangguh yang telah bertahan lebih dari 500 juta tahun. Mereka telah melewati berbagai peristiwa kepunahan massal, seperti pada zaman Ordovisium-Silur dan Permian-Triassic.

Meski sempat menghilang beberapa kali karena perubahan iklim purba dan naik turunnya permukaan laut, karang terus berevolusi dan kembali tumbuh. Salah satu bentuk modernnya adalah Great Barrier Reef, yang ditemukan pada 1770 oleh James Cook.

Namun ancaman hari ini jauh lebih kompleks karena datang secara bersamaan dan dalam waktu yang cepat. Untuk itulah, Hari Peduli Terumbu Karang tahun ini mengangkat tema Bringing Corals Back to Life sebagai seruan untuk pemulihan ekosistem karang secara global.

Upaya restorasi kini dilakukan di berbagai belahan dunia dengan melibatkan masyarakat lokal, ilmuwan, dan sektor pariwisata. Mulai dari penanaman kembali fragmen karang hingga pembangunan terumbu buatan berbahan ramah lingkungan, semua bergerak ke arah konservasi aktif.

Beberapa kawasan seperti Indonesia bahkan sudah memanfaatkan wisata edukatif yang melibatkan pengunjung dalam aktivitas penyelamatan karang. Wisatawan bisa ikut serta dalam pemantauan, pembersihan, hingga penanaman karang yang rusak.

Selain dukungan kebijakan, perubahan kecil dari individu juga punya dampak besar. Misalnya dengan memilih tabir surya yang aman bagi karang atau mengurangi konsumsi plastik sekali pakai yang kerap berakhir di laut.

Begitu juga dengan aksi bersih-bersih pantai yang kini menjadi cara populer merayakan Hari Terumbu Karang. Sampah di daratan sangat mungkin terbawa arus ke laut dan merusak habitat karang yang rapuh.

Jika tak bisa menyelam langsung, kini tersedia tur virtual bawah laut yang bisa dinikmati dari layar ponsel atau komputer. Pengalaman digital ini membantu membangun kedekatan emosional dengan kehidupan bawah laut tanpa harus meninggalkan rumah.

Lebih dari itu, Hari Peduli Terumbu Karang mengajak kita untuk berbagi informasi dan meningkatkan kesadaran publik. Karena semakin banyak orang memahami pentingnya karang, semakin besar pula peluang untuk menyelamatkannya.

Meski tantangannya besar, harapan tetap ada. Teknologi restorasi, kawasan konservasi laut, dan keterlibatan komunitas terus berkembang dan menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Pada akhirnya, menyelamatkan terumbu karang bukan sekadar urusan lingkungan, melainkan bagian dari menjaga masa depan umat manusia. Karena ketika karang hidup, laut pun sehat—dan kehidupan di Bumi ikut bertahan. (*)

KEYWORD :

Hari Peduli Terumbu Karang 1 Juni Pelestarian terumbu karang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :