
Hari Burung Parrot Sedunia (Foto: Parrotessentials)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 31 Mei, dunia memperingati Hari Burung Parrot Sedunia atau World Parrot Day sebagai bentuk penghargaan sekaligus peringatan atas ancaman yang dihadapi kelompok burung paling cerdas ini. Momentum ini menjadi pengingat penting bahwa keberadaan parrot di alam liar semakin terdesak oleh aktivitas manusia.
Dikutip dari berbagai sumber, parrot termasuk dalam ordo Psittaciformes, yang mencakup 398 spesies dan 92 genus. Kelompok ini terbagi menjadi tiga superfamilia: parrot sejati (Psittacidae), kakatua (Cacatuidae), dan parrot Selandia Baru (Strigopidae).
Sebagian besar spesies hidup di kawasan tropis dan subtropis, meski beberapa juga ditemukan di wilayah beriklim sedang di belahan bumi selatan. Sebaran mereka secara alami mengikuti distribusi pantropikal yang kaya keanekaragaman hayati.
Ciri khas parrot terletak pada paruhnya yang bengkok dan kuat, postur tegak, serta kaki bercakar yang kokoh. Warna bulunya sangat bervariasi, bahkan sering kali memadukan beberapa warna cerah sekaligus.
Menariknya, parrot memiliki sedikit hingga tidak ada perbedaan visual antara jantan dan betina, yang disebut tidak menunjukkan dimorfisme seksual. Mereka juga termasuk kelompok burung dengan rentang ukuran paling bervariasi dalam dunia burung.
Namun di balik pesonanya, sepertiga dari seluruh spesies parrot kini terancam punah. Hal ini menjadikan mereka sebagai kelompok burung dengan tingkat risiko kepunahan tertinggi secara agregat dibanding kelompok burung lain.
Ancaman utama datang dari perusakan habitat, perburuan liar, dan perdagangan ilegal yang masih marak terjadi. Ditambah lagi, sebagian besar parrot peliharaan hanya beberapa generasi dari alam liar, sehingga belum sepenuhnya beradaptasi dengan kehidupan domestik.
Sejarah hubungan manusia dan parrot sudah berlangsung lama, tercatat sejak tahun 1504 saat Raja Henry VIII dari Inggris memelihara seekor African Grey Parrot. Masa eksplorasi dunia antara abad ke-15 hingga 17 mempercepat penyebaran parrot ke Eropa sebagai hasil bawaan dari pelayaran dagang.
Parrot dari India, Afrika, dan Amerika Selatan menjadi buruan favorit karena mudah dibawa dan relatif lebih tahan selama perjalanan laut yang panjang. Sayangnya, minimnya pemahaman akan kebutuhan dasar mereka menyebabkan banyak burung mati dalam perjalanan atau hidup dalam kondisi tak layak.
Pada masa itu, parrot kerap ditemukan dalam koleksi pribadi bangsawan, menagerie, dan lukisan klasik. Namun hingga kini, masih banyak pemilik burung yang tidak memberikan ruang bagi parrot untuk menjalankan naluri alaminya seperti terbang, mencari pasangan, atau berinteraksi dalam kelompok.
Karena itu, Hari Burung Parrot Sedunia bukan hanya perayaan, tetapi juga seruan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melestarikan spesies ini. Edukasi tentang konservasi dan perawatan yang bertanggung jawab menjadi inti dari peringatan ini.
Salah satu bentuk dukungan adalah dengan mengadopsi parrot dari lembaga penyelamatan, bukan membeli dari pasar ilegal. Cara lain adalah dengan berdonasi ke organisasi konservasi dan membagikan informasi tentang parrot ke media sosial menggunakan tagar #WorldParrotDay.
Meskipun sederhana, aksi-aksi ini sangat berarti dalam upaya menyelamatkan parrot dari ancaman nyata. Sebab melestarikan parrot berarti menjaga keseimbangan alam dan memperjuangkan suara-suara liar yang mulai menghilang dari hutan-hutan tropis dunia. (*)
KEYWORD :Hari Burung Parrot Sedunia 31 Mei Hari parrot 2025 Burung beo