
Mahasiswi Universitas Mercu Buana, Safira Az Zahra sukses di kancah Internasional. (Foto: Jurnas/Ist).
Jakarta, Jurnas.com- Mahasiswi Universitas Mercu Buana, Safira Az Zahra, kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional setelah meraih Gold Prize dalam ajang bergengsi Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2025 di Seoul, Korea Selatan. Prestasi ini diraih melalui inovasi digital bertajuk Writeen, sebuah platform literasi dan menulis yang dikembangkan untuk pelajar dan mahasiswa.
Ajang KIWIE dikenal sebagai salah satu kompetisi inovasi perempuan paling prestisius di dunia, diselenggarakan oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) dan Kantor Kekayaan Intelektual Korea (KIPO), serta didukung oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO). Tahun ini, lebih dari 300 inovasi dari 20 negara ikut serta, termasuk partisipasi sejumlah perusahaan multinasional.
Ini merupakan penghargaan internasional kedua bagi Safira. Sebelumnya, mahasiswa Program Studi Marketing Communication dengan IPK 3,89 ini juga meraih medali perak di ajang World Young Inventor Exhibition (WINTEX) atas inovasi yang sama.
Dukung Keberlanjutan Lingkungan, UMB Kenalkan Teknologi Pengubah Air Hujan Jadi Air Bersih
“Writeen adalah platform belajar literasi dan menulis digital. Ide ini muncul saat saya menjadi mahasiswa baru dan melihat masih minimnya wadah pengembangan keterampilan menulis di kalangan mahasiswa,” ujar Safira saat diwawancarai, baru-baru ini.
Berbeda dengan platform literasi digital lainnya, Writeen menghadirkan integrasi tiga fungsi utama, membaca, menulis, dan mempublikasi tulisan dalam satu platform. Selain itu, Writeen juga menerapkan sistem pembelajaran gamifikasi, yang menurut Safira sangat cocok dengan karakteristik generasi muda yang menyukai pengalaman belajar menyenangkan.
Writeen ditujukan bagi pelajar dan mahasiswa berusia 14–24 tahun. Selama dua tahun terakhir, platform ini dikembangkan oleh tim kecil beranggotakan tiga mahasiswa lintas program studi di Universitas Mercu Buana: Safira (Fakultas Ilmu Komunikasi) sebagai Hustler, Anggara Roshandi Putra (Fakultas Ilmu Komputer) sebagai Hacker, dan Indah Ramadhani (Fakultas Ilmu Komputer) sebagai Hipster.
“Kolaborasi lintas keahlian menjadi kekuatan tim kami. Kami saling melengkapi,” ujar Safira, yang juga gemar membaca, menulis, dan memasak.
Safira menjelaskan bahwa aspek kemanfaatan sosial menjadi kekuatan utama Writeen yang menarik perhatian juri. Platform ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 4 (pendidikan berkualitas), 9 (infrastruktur dan inovasi), dan 10 (pengurangan kesenjangan). Inovasi ini memberikan akses literasi yang lebih inklusif, termasuk bagi kelompok marginal.
Setelah sukses di KIWIE, Safira dan tim berencana memperluas jangkauan Writeen secara global. Salah satunya dengan mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menyesuaikan pembelajaran berdasarkan preferensi bahasa pengguna. “Kami ingin menjadi seperti Duolingo, tapi untuk literasi,” ungkapnya.
Tantangan terbesar dalam perjalanan pengembangan Writeen, menurut Safira, adalah keterbatasan waktu karena seluruh anggota tim masih menjalani perkuliahan. Namun, semangat belajar dan adaptasi terhadap perubahan tren digital menjadi kunci keberhasilan mereka.
Safira juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukungnya, termasuk core team Writeen, para pimpinan Universitas Mercu Buana seperti Rektor Prof. Dr. Andi Andriansyah, M.Eng, Dekan FIKOM Prof. Dr. Ahmad Mulyana, M.Si, serta Wakil Dekan FIKOM Melly Ridharyanti, Ph.D, yang disebut Safira sebagai mentor yang selalu memberikan dukungan moral dan intelektual.
KEYWORD :Safira Az Zahra Mercu Buana Kancah Internasional