Sabtu, 31/05/2025 12:23 WIB

5 Kasus Ini Bukti Tak Ada Netralitas Politik di FIFA dan UEFA

Beberapa kasus yang terjadi selama satu dekade terakhir memperkuat dugaan bahwa FIFA dan UEFA tak sepenuhnya bebas dari pengaruh geopolitik.

Bendera FIFA di lapangan (Foto: Africa News)

Jakarta, Jurnas.com - Netralitas politik kerap kali digaungkan oleh badan olahraga FIFA dan UEFA. Sayang dalam praktiknya, sejumlah keputusan yang diambil kerap menunjukkan keberpihakan atau paling tidak, respons terhadap tekanan politik global.

Dalam sepak bola modern, garis antara olahraga dan politik kian kabur. Beberapa kasus yang terjadi selama satu dekade terakhir memperkuat dugaan bahwa FIFA dan UEFA tak sepenuhnya bebas dari pengaruh geopolitik.

Berikut ini lima kasus bukti tak ada netralitas politik di FIFA dan UEFA:

1. Skorsing Rusia

Setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, FIFA dan UEFA bergerak cepat dengan menjatuhkan sanksi tegas. Tim nasional Rusia serta klub-klub dari negara tersebut dilarang berpartisipasi dalam kompetisi resmi, termasuk Piala Dunia 2022 dan Liga Champions.

Meskipun keputusan ini didukung banyak negara Barat, tidak sedikit pihak yang mempertanyakan konsistensi FIFA dan UEFA, sebab tak memberlakukan sanksi serupa kepada negara lain yang juga terlibat konflik bersenjata.

2. Negara Bermusuhan Tak Boleh Bertanding

Sudah sejak lama UEFA memisahkan negara-negara dengan ketegangan politik tinggi dalam pengundian grup turnamen. Armenia dan Azerbaijan, Rusia dan Ukraina, hingga Serbia dan Kosovo adalah contoh nyata.

Walau alasan resminya demi keamanan, kebijakan ini tak bisa dilepaskan dari sensitivitas geopolitik. Bahkan Kosovo, yang baru diakui UEFA dan FIFA pada 2016, langsung masuk dalam daftar `tak boleh bertemu` dengan sejumlah negara.

3. Pengakuan Kosovo sebagai Anggota FIFA dan UEFA

Keputusan menerima Kosovo sebagai anggota penuh FIFA dan UEFA pada 2016 memicu gelombang protes dari Serbia dan beberapa negara lain yang tak mengakui kemerdekaan wilayah tersebut.

Meski langkah ini memberi legitimasi olahraga bagi Kosovo, namun juga dianggap sebagai manuver politik terselubung. FIFA dan UEFA dituding tunduk pada tekanan dari negara-negara Barat yang mendukung kemerdekaan Kosovo.

4. Peta Ukraina dan Isu Crimea di Euro 2020

Menjelang Euro 2020, Ukraina merilis desain jersey tim nasional mereka yang memuat peta negara—termasuk wilayah Crimea yang dianeksasi Rusia pada 2014. Hal ini menimbulkan kontroversi besar.

UEFA awalnya mengizinkan jersey tersebut, tetapi kemudian meminta Ukraina menghapus slogan `Glory to the Heroes` yang dianggap bermuatan politis. Respon UEFA dinilai ambigu.

5. Israel di UEFA, Bukan di AFC

Sejak 1994, Israel bermain di bawah naungan UEFA, bukan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), meskipun secara geografis berada di Asia. Hal ini disebabkan oleh boikot berkelanjutan dari negara-negara Arab dan sebagian besar anggota AFC yang menolak bermain melawan Israel.

Demi menjamin keikutsertaan Israel dalam kompetisi internasional, FIFA dan UEFA menyepakati pemindahan ke zona Eropa, sebuah keputusan administratif yang dilatari konflik politik Timur Tengah.

KEYWORD :

Netralitas Politik FIFA UEFA Fakta Unik Sepak Bola




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :