
Ilustrasi - Keutamaan Puasa 10 Hari Pertama Zulhijjah, Amalan Paling Dicintai Allah (Foto: Pexels/hello aesthe)
Jakarta, Jurnas.com - Zulhijjah adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, di mana amal kebaikan dilipatgandakan dan dosa menjadi lebih berat timbangannya. Di antara seluruh hari dalam bulan ini, sepuluh hari pertamanya disebut sebagai hari-hari yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Keutamaan ini ditegaskan dalam berbagai hadits shahih, yang menunjukkan betapa besar nilai ibadah yang dilakukan dalam rentang waktu tersebut. Bukan hanya amalan umum seperti dzikir dan sedekah, tapi juga termasuk puasa sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.”
(HR. Bukhari)
Bahkan jihad pun tidak bisa menandingi keutamaannya, kecuali seseorang yang berangkat berjihad dengan jiwa dan harta lalu tidak kembali. Ini menunjukkan betapa mulianya sepuluh hari pertama Zulhijjah dalam pandangan Allah SWT.
Keutamaan Puasa 10 Hari Pertama Zulhijjah, Amalan Spesial Jelang Idul Adha
Puasa di awal bulan Zulhijjah termasuk sunnah muakkadah, yang sangat dianjurkan meski tidak wajib. Rasulullah SAW sendiri biasa berpuasa pada sembilan hari pertamanya sebagai bentuk ibadah yang mempererat hubungan dengan Allah.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah...”
(HR. Abu Daud no. 2437, shahih menurut Syaikh Al Albani)
Puasa ini menjadi kesempatan untuk menenangkan hati, memperbanyak introspeksi, dan menyucikan diri. Dalam rutinitas duniawi yang sibuk, hari-hari ini memberi ruang untuk memperkuat iman.
Puasa Tarwiyah, Seperti Puasa Setahun Penuh
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada 8 Zulhijjah dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Dalam hadits disebutkan bahwa pahalanya setara dengan puasa satu tahun penuh.
“Barangsiapa berpuasa sepuluh hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan, untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun.”
(HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu Abbas)
Puasa ini menjadi jembatan menuju puncak keutamaan, yakni puasa hari Arafah. Bersama-sama, keduanya membentuk paket ibadah yang luar biasa dalam menyambut Hari Raya Idul Adha.
Puasa Arafah: Menghapus Dosa Dua Tahun
Tanggal 9 Zulhijjah adalah Hari Arafah, yang menjadi puncak dari rangkaian puasa di awal bulan. Bagi yang tidak berhaji, ini adalah kesempatan langka untuk meraih pengampunan dari Allah SWT.
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
(HR. Muslim)
Keutamaan ini menjadikan puasa Arafah sebagai salah satu amalan yang paling ditunggu umat Islam setiap tahun. Meski hanya sehari, nilai spiritualnya sangat besar bagi kehidupan akhirat.
Puasa di awal Zulhijjah bukanlah satu-satunya amalan yang dianjurkan. Umat Islam juga disunnahkan memperbanyak dzikir, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah selama periode ini.
Namun, puasa tetap memiliki tempat istimewa karena mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual sekaligus. Dengan menjalankannya, seorang Muslim berlatih menahan hawa nafsu dan memperkuat rasa tunduk kepada Allah SWT.
Menjelang Idul Adha, Momen Jaga Semangat Ibadah
Sepuluh hari pertama Zulhijjah berakhir dengan Hari Raya Idul Adha pada 10 Zulhijjah. Ini adalah momentum besar untuk mempersembahkan ibadah terbaik, termasuk kurban, sebagai wujud ketakwaan dan ketaatan.
Dengan menjaga semangat ibadah hingga hari raya, kita telah menunaikan salah satu bentuk syukur atas nikmat usia dan kesempatan beramal. Semua itu bisa menjadi pemberat amal baik di akhirat kelak. (*)
Wallohu`alam
Sumber: berbagai sumber
Puasa 10 hari pertama Zulhijjah puasa Tarwiyah puasa Arafah bulan Zulhijjah