
Gambar ondel-ondel (Foto: Hello Indonesia)
Jakarta, Jurnas.com - Ondel-ondel bukan sekadar tontonan jalanan yang menghibur dengan iringan musik keras dan tarian khas. Lebih dari itu, boneka raksasa khas Betawi ini menyimpan sejarah panjang, nilai spiritual, hingga mitos yang menjadikannya simbol budaya dan identitas kota Jakarta.
Namun belakangan, peran ondel-ondel mengalami pergeseran makna. Boneka yang dahulu hadir dalam upacara adat kini justru banyak dijumpai digunakan untuk mengamen di jalanan.
Fenomena ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Pramono Anung Wibowo bahkan menegaskan pentingnya regulasi yang mengatur pelestarian ondel-ondel agar tidak disalahgunakan.
Menurutnya, ondel-ondel adalah representasi budaya Betawi yang harus dijaga martabatnya. Ia tidak layak direduksi menjadi sekadar hiburan jalanan yang mengais rezeki tanpa konteks budaya.
Mengutip berbagai sumber, ondel-ondel selama ini lekat dengan perayaan-perayaan penting masyarakat Betawi. Ia biasa hadir dalam pesta rakyat, pernikahan, penyambutan tamu agung, hingga pembukaan gedung baru.
Kehadirannya tak hanya memeriahkan suasana, tapi juga diyakini membawa perlindungan secara spiritual. Hal ini tak lepas dari asal-usulnya sebagai simbol penolak bala.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa bentuk awal ondel-ondel sudah ada sejak sebelum tahun 1600 Masehi. W. Scott, seorang saudagar Inggris, mencatat keberadaan boneka raksasa dalam upacara adat masyarakat Sunda Kelapa.
Jelang Aksi 20 Mei, Spanduk Tuntutan Aplikator Cukup 10 Persen Bertebaran di Jakarta Barat
E.R. Scidmore, seorang penulis asal Amerika, juga mengamati pertunjukan serupa saat menetap di Batavia pada akhir abad ke-19. Dalam bukunya Java, The Garden of the East, ia menyebut adanya seni jalanan berbentuk boneka besar yang ditampilkan masyarakat kota lama tersebut.
Di sisi lain, tradisi lisan masyarakat Betawi meyakini ondel-ondel sebagai media penangkal gangguan roh jahat. Karena itu, pertunjukan ondel-ondel kerap diawali dengan ritual dan sesajen.
Bentuknya dibuat menyerupai manusia, terbuat dari anyaman bambu yang ringan namun kokoh. Boneka ini memiliki tinggi sekitar dua setengah meter dan biasanya dibawakan oleh pria karena bobotnya yang bisa mencapai 25 kilogram.
Ondel-ondel selalu ditampilkan berpasangan, antara tokoh laki-laki dan perempuan. Warna merah pada laki-laki melambangkan keberanian, sedangkan putih pada perempuan mencerminkan kemurnian.
Di bagian kepala, terdapat hiasan khas bernama kembang kelapa yang menyimbolkan kekuatan dan daya guna, seperti filosofi pohon kelapa yang bermanfaat dari akar hingga ujung daun. Topengnya juga dibuat menyeramkan untuk menakuti roh jahat.
Dalam masyarakat Betawi, ondel-ondel bahkan diberi nama: Kobar untuk laki-laki, Borah untuk perempuan. Nama-nama ini mencerminkan filosofi hidup, bahwa manusia harus menyeimbangkan dunia dan akhirat.
Makna mendalam inilah yang mulai kabur ketika ondel-ondel dijadikan alat untuk mengamen di jalanan. Perubahan fungsi ini tidak hanya menghilangkan nilai budaya, tetapi juga mengaburkan warisan leluhur.
Penggunaan ondel-ondel sebagai hiburan jalanan memang masih banyak dijumpai di sudut-sudut kota. Namun hal ini seringkali tidak diiringi pemahaman atas nilai spiritual dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Padahal, iringan musik seperti tanjidor, gambang kromong, hingga rebana ketimpring dulunya bukan sekadar penghibur, melainkan bagian dari rangkaian adat. Musik-musik ini menyatu dalam setiap gerak ondel-ondel sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Masyarakat Betawi sendiri selama ini masih menjaga kepercayaan terhadap kekuatan ondel-ondel. Kepercayaan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap hidup dalam bentuk ritual serta cerita rakyat.
Meski tak lagi selalu dipercaya memiliki kekuatan gaib, ondel-ondel tetap dianggap sakral oleh banyak warga. Karena itulah banyak yang merasa prihatin jika nilai-nilai tersebut hilang begitu saja oleh arus komersialisasi.
Dengan latar belakang sejarah, mitos, hingga filosofi yang mendalam, ondel-ondel bukanlah boneka biasa. Ia adalah penjaga nilai budaya dan cermin identitas Jakarta yang tak tergantikan. (*)
KEYWORD :Ondel-ondel Mitos ondel-ondel Sejarah ondel-ondel Betawi Jakarta